Jumat, 14 Desember 2012

Membedakan Jenis Kelamin Gecko

 Gecko Baby Sexing

Dilakukan dengan menggunakan senter tepat di atas bagian pangkal ekor LG baby, sehingga akan terlihat transparan dan kemerahan..

Male
Perhatikan pada pangkal ekor, ada 2 garis urat merah, yang nantinya akan membentuk bulges seperti pada LG jantan adult.
gecko monster7-sexing
Female
Pada leopard gecko baby betina, pada pangkal ekor polos, tidak ada urat merah seperti pada jantan
gecko monster7-sexing
Visual Sexing
gecko monster7-sexing
gecko monster7-sexing

Ovulation
gecko monster7-ovulation

Egg Bounding
Egg Bounding = Sel Telur yg gagal di produksi menjadi telur, atau pre-laying depressed (faktor stress ketika waktu bertelur), atau kurang gizi.. Berakibat hingga kematian Leopard Gecko.
gecko monster7-egg bounding

Egg Candling
Beberapa jam setelah bertelur
gecko monster7-egg candling

2 minggu setelah bertelur (atas: fertile, bawah: infertile)
gecko monster7-fertile
gecko monster7-infertile

Kamis, 29 November 2012

Leopard gecko new project business



Leopard gecko adalah project bisnis ku selanjutnya, berawal dari hobiku yang suka akan reptil dan hewan laiya aku mencoba bisnis ini yuk kita kenal leopard gecko itu apa

Leopard Gecko adalah hewan malam yang aslinya berasal dari Pakistan, India dan Iran, yang menjadi hewan peliharaan populer karena relatif mudah dipelihara.
Daftar isi
[sembunyikan]

* 1 Kandang untuk Leopard Gecko
* 2 Memberi makan Leopard Gecko
* 3 Kesehatan Leopard Gecko
* 4 Komunitas Pecinta Leopard Gecko
* 5 referensi
* 6 Pranala luar

[sunting] Kandang untuk Leopard Gecko

Vivarium atau kotak plastik bisa digunakan untuk tempat tinggal leopard gecko. Kandang dengan ukuran 90x45x45cm akan cukup menampung dua atau 3 ekor gecko. Jangan tempatkan 2 jantan dalam satu kandang karena mereka akan berkelahi, kemungkinan sampai mati. Seperti reptil pada umumnya, leopard gecko juga akan stress jika tidak punya tempat untuk bersembunyi. Bekas tempat mentega atau batok kelapa bisa dipakai. Sediakan juga tempat yang lembab terutama saat gecko akan berganti kulit.
[sunting] Memberi makan Leopard Gecko

Leopard gecko adalah pemakan serangga. Merekla adalah hewan malam, jadi masukkan makanan mereka ke dalam kandang setelah gelap. Aturan dasarnya, jangan berikan makan yang melebihi panjang gecko dan besarnya lebih dari setengah lebar kepala gecko. Untuk bayi gecko & gecko muda beri makan 4 hingga 8 serangga per hari. Untuk dewasa berikan 10 serangga untuk 2 atau 3 hari sekali. Sebelumnya serangga bisa ditaburi kalsium untuk pertumbuhan tulang & ingat untuk selalu menyediakan air bersih.

Ada beberapa macan serangga yang bisa diberikan. Ulat sutra memiliki kandungan protein, mineral dan vitamin tapi tidak selalu mudah didapatkan. Ulat bambu sangat berlemak, jadi berikan sekali sekali saja. Belalang dan jangkrik juga pilihan yang bagus, buang kaki belakangnya terlebih dahulu supaya lebih mudah ditangkap oleh gecko.
[sunting] Kesehatan Leopard Gecko

Leopard gecko biasanya sangat kuat dan bisa bertahan hidup hingga 20 tahun, jadi masalah kesehatan yang parah jarang terjadi. Tapi untuk mencegah penyebaran penyakit & parasit, karantina reptil yang baru dibeli selama beberapa bulan sebelum menempatkannya dalam kandang. Suhu dibawah 22 derajat celcius atau terlalu lembab bisa menyebabkan infeksi pernafasan karena sistem kekebalan tubuh tertekan. Gejalanya bisa jadi sulit untuk diidentifikasi tapi mulut yang sedikit terbuka & nafas yang terengah engah bisa jadi tanda. Gelembung lendir pada lubang hidung dan nafas yang berat adalah ciri ciri yang lain. Jaga suhu siang hari pada 32 derajat celcius dan jangan kurang dari 26°C pada malam hari.

Jika merasa terancam beberapa gecko memutuskan ekornya. Ini bisa terjadi jika gecko yang lain menggigit ekornya. Pisahkan gecko yang terluka, beri makan, minum & suhu yang hangat. Jika ekornya tumbuh lagi, ekornya akan lebih pendek dan lebih gemuk dari ekor yang sebelumnya.

Jika gecko tidak mendapatkan cukup kalsium, penyakit metabolik tulang atau hipokalsemia bisa menyerangnya. Ini terjadi saat tubuh benar2 membutuhkan kalsium tapi tidak mendapatkan pasokan yang cukup dari makanan hingga tubuhnya akan menyedot kalsium dari tulangnya. Gecko akan menjadi lesu, dengan sendi sendi yang membengkak, kaki yang tertekuk, rahang melunak dan terlihat sangat lemah. Karena bubuk kalsium amat mudah didapatkan, masalah seperti ini bisa dicegah dari awal. Infeksi mulut bisa terjadi jika gecko berkelahi dengan gecko lain, kandang yang kotor atau karena luka. Akan terlihat bengkak di sekitar mulut leopard gecko. Perawatannya akan meliputi pembersihan kandang secara rutin dan pemberian oral antibiotik.
[sunting] Komunitas Pecinta Leopard Gecko

Berkembangnya hobi memelihara reptil, menjadikan leopard gecko sebagai salah satu alternatif pecinta reptil mini. Hal ini memengaruhi banyak bermunculannya komunitas leopard gecko di Indonesia. Salah satu komunitas yang berkembang pesat adalah Pecinta Leopard Gecko.

Nah setelah sudah ngerti leopard gecko, aku mulai coba bisnis ini cukup beli indukan gecko yang udah siapn mating dan tunggu hasilnya sebenarnya si gampang lo bredingnya cukup sediakan gex atau kontainer plastik 40 liter udah siap kok breddingnya dannnnnnn tunggu deh hasilnya cara bredingnya gampang kok

relatif mudah setelah Anda memiliki tokek pria dan wanita. Jika Anda memutuskan untuk berkembang biak tokek macan tutul, jangan rumah bersama-sama laki-laki dan perempuan, ini dapat menyebabkan stres pada wanita. Membiarkan pasangan pria dan wanita sepanjang waktu bisa menyebabkan masalah kesehatan dengan betina, jadi jangan biarkan mereka pasangan kecuali jika Anda memiliki niat penuh mengerami telur. Jika itu hanya menyebabkan stres yang tidak perlu pada perempuan.

Hanya ingat bahwa meskipun mungkin tidak mudah, peternakan tokek macan tutul adalah TIDAK untuk semua orang dan tidak semua orang dengan macan tutul tokek harus mencobanya. Ini bisa mahal untuk berkembang biak tokek macan tutul, dan itu tidak mudah untuk menjual bayi karena dapat berpikir. Anda dapat dan akan lebih dari kemungkinan dibanjiri dengan cepat menjadi tukik tokek. Jika Anda tidak memiliki pengalaman yang tepat dengan tokek macan tutul (IE Anda hanya punya Anda selama beberapa bulan), maka itu menunjukkan bahwa Anda TUNGGU memiliki pengalaman lebih sebelum berkembang biak.
Leopard Gecko Manual: Dari Ahli Pada Advanced Systems Vivarium
Leopard Gecko Manual: Dari Ahli Pada Advanced Systems Vivarium
Amazon Harga: $ 4,90
Daftar Harga: $ 8,95
Panduan untuk Memiliki Leopard Gecko / Leopard Gecko: Identifikasi, Perawatan, & Pembibitan
Panduan untuk Memiliki Leopard Gecko / Leopard Gecko: Identifikasi, Perawatan, & Pembibitan
Amazon Harga: $ 7,98
Daftar Harga: $ 9,95
Sexing Leopard Gecko

Setelah Anda memutuskan untuk berkembang biak Anda tokek macan tutul, Anda harus memastikan bahwa Anda memiliki laki-laki dan perempuan, jika tidak, anda tidak akan ada bayi. Ditambah, meletakkan dua laki-laki bersama-sama dengan harapan pemuliaan mereka, hanya akan menyebabkan cedera dan kematian mungkin, sehingga pertama, Anda harus memastikan bahwa Anda memiliki satu laki-laki dan setidaknya satu perempuan. Sulit untuk menentukan jenis kelamin dari tokek macan tutul sampai mereka berusia sekitar enam bulan, jadi ketika memeriksa tokek bayi untuk jenis kelaminnya, laki-laki mungkin menyerupai wanita.

Jika Anda tahu apa suhu tokek diinkubasi, akan memberikan Anda ide yang baik seperti apa gender, tapi cara yang baik Anda harus memeriksa lubang (pangkal ekor di mana itu memenuhi tubuh). Kedua jenis kelamin akan memiliki 'V' dari pori-pori femoralis di lubang, namun pada wanita pori-pori femoralis akan muncul lebih redup dibandingkan pada laki-laki. Pria juga memiliki dua tonjolan hemipenal di pangkal ekor, di bawah lubang.

Anda harus yakin jenis kelamin Anda tokek sebelum Anda menempatkan dua tokek bersama-sama, jadi ingatlah bahwa ukuran kepala atau panjang tokek tidak dapat menentukan jenis kelamin karena selalu ada pengecualian untuk aturan.
Breeding Umur yang tepat

Tokek Leopard harus sepenuhnya tumbuh sebelum Anda berpikir tentang pemuliaan, pastikan bahwa mereka setidaknya satu tahun. Jika perempuan adalah terlalu muda, komplikasi mungkin timbul, dan umur secara keseluruhan tokek dapat dipersingkat. Usia bukanlah faktor penentu satu-satunya persyaratan pemuliaan. Perempuan juga harus dalam kondisi baik, tidak kurus atau tidak sehat. Perempuan harus tidak kurang dari 50 gram karena wanita benar-benar akan menurunkan berat badan ketika sedang bunting, sebagai produksi telur mengambil kalsium dari tulang dan tubuhnya.

Gravid Perempuan
Iklan oleh Google
Albinisme di Tanzania www.underthesamesun.com
Albino Pembunuhan, albino Tanzania
Airco-Fin Tabung bersirip www.aircofin.nl
Bersirip tabung untuk penukar panas dan kisi-kisi aluminium
SPF telur www.gddhn.com
Dibangun ketat sesuai dengan standar internasional
Kawin dan bertelur Telur

Biasanya Anda tidak akan melihat proses kawin, tapi Anda akan mulai melihat bekas gigitan pada perempuan. Laki-laki akan ambil memegang betina di lehernya, tetapi tidak jarang untuk melihat tanda di tubuhnya atau ekor.

Jika Anda mulai melihat luka atau bullying, Anda harus menghapus laki-laki. Biasanya, Anda hanya akan perlu untuk menjaga laki-laki dengan perempuan selama beberapa hari sampai seminggu.

Seperti telur berkembang dalam wanita, Anda akan mulai melihat bertambahnya berat badan wanita. Kulit akan mulai meregangkan, dan telur akan menjadi terlihat di perutnya.

Kadang-kadang, kopling pertama hanya akan terdiri dari satu telur, tetapi biasanya mereka datang berpasangan. Betina akan bertelur tentang setiap empat sampai enam minggu. Pertama kali peternak biasanya akan memiliki telur lebih sedikit tahun pertama, tetapi Anda akan menemukan bahwa macan tutul tokek dapat menyimpan hingga 10 telur musim.

Memiliki kotak petelur, atau menyembunyikan lembab, di mana betina dapat meletakkan telur-telurnya. Isi kotak peletakan dengan sekitar 1-2 inci dari vermiculite perlit lembab atau, ditemukan di toko taman. Kotak peletakan memungkinkan Anda beberapa waktu sebelum telur dehidrasi, tapi kadang-kadang wanita tidak akan meletakkan telur dalam kotak petelur, sehingga Anda harus menghapusnya segera, atau mereka akan mengalami dehidrasi.

Biasanya, jika perempuan tidak meletakkan telur dalam laybox, mereka tidak akan menjadi subur, tetapi jika Anda menangkap mereka dalam waktu, Anda harus mencoba untuk menetaskan mereka pula, karena itu adalah tidak selalu terjadi.
Reptil Inkubator
Exo Terra Digital Thermo listrik Telur Reptil Inkubator Digital Thermo Kel Terra listrik Telur Reptil Inkubator
Penawaran Saat ini: $ 104,95
10 Cage & Telur Reptil Inkubator RENCANA pada CD-ROM dengan surat 10 Cage & Telur Reptil Inkubator RENCANA pada CD-ROM melalui surat
Penawaran Saat ini: $ 8,00
Zoo Med Reptibator Telur Reptil Inkubator Reptil Zoo Med Reptibator Telur Inkubator
Penawaran Saat ini: $ 99,99
FlexWatt panas rekaman reptil inkubator telur kandang pemanas 4 "FlexWatt panas kaset reptil inkubator telur kandang pemanas 4"
Penawaran Saat ini: $ 3,35
ebay logo
Ritus Hatch
Leopard Gecko inkubasi Telur

Anda akan memerlukan sebuah inkubator untuk memastikan bahwa telur tetap pada suhu konstan. Fluktuasi suhu selama inkubasi dapat menyebabkan cacat, jika tidak berpotensi membunuh embrio.

Jenis Inkubator:

Homeade:

* Anda dapat menggunakan pendingin lama styrofoam dengan pita panas melekat pada termostat.
* Sebuah akuarium dengan pemanas air di bawah set ke suhu tertentu. Memiliki telur dalam tupperware dari beberapa macam, sebagian duduk di dalam air.

Komersial:

* 1602-N Hovabator (JANGAN menggunakan Hovabator dengan kipas turbo atau dengan turner telur otomatis. Kipas termal akan kering telur hte bahkan jika Anda memiliki kelembaban optimal dalam cangkir deli.)
* Alam Roh

Suhu:

Jenis kelamin tokek macan tutul ditentukan oleh suhu inkubator. Biasanya jika telur diinkubasi selama 90 º F, itu akan menjadi laki-laki, atau jika diinkubasi pada 80 º F, itu akan menjadi perempuan. Jika telur diinkubasi pada 85 º F, kemungkinan Anda kemungkinan 50/50 untuk baik laki-laki atau wanita, tetapi Anda kemudian jalankan kesempatan memiliki "wanita panas" atau "laki-laki dingin," di mana mereka tidak akan berkembang biak dan biasanya lebih agresif.

Kelembaban:

Anda harus menyimpan secangkir atau dua air dalam inkubator jika Anda menggunakan sebuah inkubator dibeli. Ini akan meningkatkan tingkat kelembaban. Anda juga bisa menuangkan air di bawah beberapa inkubator dibeli untuk mencapai hal yang sama.

Inkubasi Menengah:

Ketika dalam inkubator telur perlu dalam beberapa jenis wadah dengan membasahi tempat tidur. Vermiculite perlit dan pekerjaan besar. Hatch-ritus adalah media inkubasi baru yang memiliki hasil yang bagus juga; dengan Hatch-ritus, Anda tidak perlu menambahkan air. Super Hatch merupakan pilihan yang baik yang sekarang tersedia.
Telur tepat sebelum menetas
Hatchling setengah jalan keluar.
Hampir 100% menetas.
Penetasan Leopard Gecko

Telur akan menetaskan sekitar 40 - 60 hari. Semakin tinggi suhu, semakin cepat embrio akan berkembang, dan pada gilirannya semakin cepat itu akan menetas.

Sekitar seminggu sebelum menetas bayi, telur akan membengkak, menjadi terasa lebih besar. Beberapa jam sebelum menetas bayi, Anda akan melihat deformasi telur.

Tokek bayi memiliki gigi menetas yang memungkinkan untuk keluar dari telur, tetapi mereka segera kehilangan gigi setelah tujuannya disajikan.

Selama proses penetasan, bayi akan mengambil istirahat, mundur kembali ke dalam telur, jadi jika Anda menonton menetas bayi, jangan khawatir. Proses keseluruhan cukup cepat. Kantung kuning telur akan tetap melekat pada bayi, sehingga merupakan ide yang baik untuk meninggalkan bayi dalam wadah untuk sementara sedikit sehingga kantung kuning telur dapat terhapus.

Sabtu, 17 Maret 2012

jaring laba-laba

JARING LABA-LABA SUATU KEAJAIBAN PERENCANAAN

C:\Users\kişi\Desktop\My Pictures\HAKİKATLER\orumcek3jpg.jpg
Sebagaimana berbagai kualitasnya yang lain, seperti kekuatan dan elastisitas, serta berbagai keuntungan praktisnya, jaring-jaring laba-laba adalah keajaiban arsitektur dan rekayasa.
Jaring laba-laba terbuat dari benang-benang kerangka penahan-beban dan benang-benang spiral penangkap berlapiskan zat perekat yang diletakkan di atasnya, serta benang-benang pengikat yang menyatukan kesemuanya. Benang-benang spiral penangkap tidak sepenuhnya terikat pada benang-benang perancah. Dengan ikatan seperti ini, makin banyak korban bergerak makin terjerat ia pada jaring. Saat melekat ke seluruh tubuh serangga korban, benang-benang penangkap secara berangsur-angsur kehilangan elastisitasnya, dan semakin kuat serta semakin kaku. Karenanya, korban terperangkap dan tak dapat bergerak. Setelah itu, bagai paket makanan hidup, mangsa yang terbungkus benang-benang perancah alot ini tak memiliki pilihan lain kecuali menanti kedatangan laba-laba untuk melakukan serangan terakhir.

Daya Redam-kejut Jaring Laba-laba
Untuk menjadi perangkap yang efektif, jaring laba-laba tidak cukup hanya bersifat lengket atau terbuat dari benang-benang dengan karakteristik yang berbeda-beda. Misalnya, jaring tersebut harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menangkap serangga yang sedang terbang. Jika kita andaikan serangga yang tertangkap jaring sebagai peluru kendali, maka menghentikan serangganya saja tidak lah cukup. Mangsa yang tertangkap jaring harus dibuat tidak bergerak sehingga laba-laba dapat mendekatinya dan menggigitnya. Menangkap peluru kendali dan menghentikannya bukan lah pekerjaan yang mudah.


“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, ....” (QS. Huud, 11: 6) !
Selain kuat, benang-benang yang membentuk jaring laba-laba juga elastik. Namun tingkat elastisitasnya pada masing-masing daerah berbeda. Elastisitas ini penting untuk alasan-alasan berikut ini:

" Jika tingkat elastisitasnya lebih rendah dari yang diperlukan, serangga yang terbang menuju jaring akan terpental balik seperti menubruk sebuah pegas yang keras.

" Jika tingkat elastisitasnya lebih tinggi dari yang diperlukan, serangga akan memolorkan jaring, benang-benang lengket akan menempel satu sama lain dan jaring tersebut akan kehilangan bentuknya.

" Pengaruh angin telah masuk dalam perhitungan elastisitas benang. Jadi, jaring yang teregang oleh angin dapat kembali ke bentuk semula.

" Tingkat elastisitas juga sangat berhubungan dengan benda yang melekat pada jaring. Sebagai contoh, jika jaring melekat pada tumbuhan, elastisitasnya harus mampu menyerap setiap gerakan yang disebabkan tumbuhan tersebut.

Benang-benang penangkap yang terjalin berbentuk spiral letaknya saling berdekatan satu dengan lainnya. Ayunan kecilpun dapat saling melekatkan satu dengan lainnya, dan menyebabkan celah-celah pada medan perangkap. Itulah sebabnya benang-benang penangkap yang lengket dan berelastisitas tinggi ini terletak di atas benang-benang kering yang berelastisitas rendah. Ini untuk mencegah potensi terbentuknya celah untuk lolos.

Seperti telah kita lihat, pada setiap segi jaring dapat kita lihat suatu keajaiban struktural. Hal ini sekali lagi mengungkapkan betapa bodohnya teori evolusi itu. Mustahil sekali suatu kejadian kebetulan dapat mengajarkan kepada laba-laba cara menciptakan sifat redam-kejut pada jaringnya. Tuhan lah yang menganugrahinya kemampuan ini. Dia lah yang membuatnya mampu menunjukkan perilaku fungsional.

Dia lah Allah - Pencipta, Pembuat, dan Pemberi bentuk. Baginya semua nama-nama yang baik. Segala yang di langit dan di bumi bertasbih kepadaNya. Dia Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (Surat Al-Hashr:24)

Jaring-jaring Tiga-Dimensi
Jaring-jaring tiga dimensi memiliki struktur yang lebih rumit dibanding jaring-jaring dua dimensi. Sementara jaring dua dimensi terletak dalam satu bidang datar, jaring tiga dimensi merupakan struktur tiga dimensi yang rumit. Jaring dari jenis ini mirip sebuah tumpukan bola-bola wool. Karenanya lebih sukar diurus dibanding jaring dua dimensi. Jika jaring menangkap serangga-serangga kecil atau parasit-parasit yang tak berarti, maka banyak pekerjaan yang harus dilakukan laba-laba pemilik jaring. Karena alasan inilah laba-laba ini membuat jaring di tempat yang jauh dari gangguan semacam ini.


Jaring laba-laba memiliki perencanaan tanpa salah dalam segala segi.
Salah satu laba-laba yang menggunakan jaring semacam ini adalah laba-laba Black Widow. Dalam jaring yang memiliki keunggulan arsitektural ini terdapat pula suatu perangkap mekanis. Perangkap ini membentuk bola sutera yang rapat dan lengket. Bola jaring ini diikatkan ke tanah dengan benang-benang yang tidak begitu kuat. Segera setelah mahluk bergerak melekat pada jaringnya, benang-benang pengikat ini putus, dan bola jaring ini karenanya tidak terikat lagi ke tanah. Kemudian, laba-laba segera menarik perangkap tersebut ke atas menuju jaring tiga-dimensi, dan membunuh mangsanya yang telah mati kutu.

Kita harus melihat secara saksama rencana serta cara yang digunakan laba-laba ini dalam membuat perangkapnya, karena nampak sekali terdapatnya unsur kecerdasan yang terlibat dalam perencanaan jaring tersebut. Dengan ataupun tanpa perangkap mekanis, pada jaring-jaring tiga-dimensi digunakan cara yang sama untuk memperlambat gerakan terbang mangsanya.

Penerapannya nampak secara khusus pada kerangka rencana yang menggunakan banyak benang-benang lemah. Ketika serangga tertangkap, benang-benang lemah ini melesak. Karena energi gerak dari serangga tersebut terserap oleh melesaknya benang-benang, kecepatannya menjadi berkurang. Selanjutnya, benang-benang penangkap menjerat serangga yang menggeliat.


Laba-laba Linyphia me-mintal jaring dalam bentuk tempat tidur gantung (dae-rah putih di bagian bawah). Jaring disangkutkan kepada tanaman dengan benang pada bagian puncak dan ba-gian bawah. Serangga yang tertangkap pada benang di bagian atas, jatuh ke dalam. (atas)

Sebagian jaring tiga dimen-si mempunyai konstruksi se-perti kubah. Laba-laba da-pat mengidentifikasi secara pasti bahkan seekor serang-ga kecil yang tertangkap di dalam konstruksi yang rumit ini melalui getaran yang di-timbulkannya.
Tentu saja laba-laba ini tidak belajar sendiri bagaimana membuat jaring-terencana tanpa cacat ini setelah menjalani apa yang disebut periode evolusi. Seperti mahluk hidup lainnya, laba-laba mematuhi perintah Tuhan. Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang telah menyerukan hal ini dalam ayat suciNya " segala yang di langit dan di bumi, secara sukarela ataupun terpaksa, tunduk kepadaNya. Dan kepadaNya lah mereka akan dikembalikan". (Surat Ali Imran:83)

Cara Mengurus Jaring


Laba-laba meletakkan desain seperti zig zag di atas jaring mereka untuk mencegah burung merobeknya.
Jaring laba-laba memerlukan pengurusan yang terus menerus, karena bagian spiral lengketnya bisa rusak oleh hujan atau oleh gerakan mangsa yang berusaha lolos. Lebih dari itu, debu yang menempel pada jaring dapat merusak daya lekat benang-benang spiral.

Bergantung pada letaknya, dalam waktu yang singkat - 24 jam, sebuah jaring bisa kehilangan sifat-sifat yang membuatnya mampu menangkap serangga. Karena alasan inilah, jaring dibongkar secara berkala dan dibangun kembali. Laba-laba makan dan mencerna benang-benang jaring yang dibongkarnya. Ia menggunakan asam-asam amino dari benang yang dicernanya untuk membangun jaring yang baru. (Bilim ve Teknik Görsel Bilim ve Teknik Ansiklopedisi (Science and Technology Gorsel Science and Technology Encyclopedia), p. 1090)

Bagian jaring yang dimakan, dan waktunya, berbeda-beda tergantung spesies laba-labanya. Laba-laba taman, misalnya, tidak pernah menyentuh kerangka jaring, tetapi hanya makan benang jari-jari dan benang spiralnya saja.

Laba-laba tropis membangun jaring-jaringnya pada malam hari dan memakannya menjelang pagi. Laba-laba di daerah panas makan jaringnya pada malam hari dan membangun yang baru untuk keperluan siang hari, karena di daerah ini serangganya tidak sebanyak di daerah tropis. Karena alasan inilah jaringnya harus tetap terpasang disepanjang siang.
Membangun Jaring Sesuai Mangsanya

                                                             
Atap Stadion Olimpiade Munich terinspirasi oleh jaring laba-laba. Dengan bentuk ini, berbagai tegangan didistribusikan dengan merata ke seluruh atap.
Laba-laba membuat jaringnya sesuai dengan ukuran mahluk-mahluk yang hendak ditangkapnya. Laba-laba Amerika Selatan, misalnya, membuat jaring dengan bukaan sempit untuk memudahkan penangkapan semut putih yang keluar mencari sarang baru di bulan September. Jika ingin berburu kupu-kupu besar, laba-laba ini memperluas bukaannya dan menambah kekuatan serta elastisitas jaringnya.

Sudut jaring pun berubah bergantung jenis mangsa yang ingin ditangkap (serangga terbang, berjalan, merayap, dll). Ini untuk mengurangi kerusakan dan meningkatkan kapasitas penangkapan.

Peringatan Kepada Burung Dan Penyamaran

Laba-laba cenderung membangun jaringnya, yang demikian berharga baginya, di tempat yang sunyi. Alasannya adalah untuk menghindari kerusakan oleh binatang-binatang atau oleh kondisi-kondisi alam. Laba-laba menggunakan cara-cara yang menarik untuk melindungi jaring-jaring mereka. Salah satu yang paling menarik adalah jaring laba-laba Argiope di Amerika Tengah. Laba-laba ini meletakkan marka-marka zigzag putih mengkilat pada jaringnya. Marka-marka ini untuk memperingatkan burung agar tidak terbang kedalam jaring. Laba-laba ini juga menggunakan marka-marka ini untuk bersembunyi di belakangnya. Ia menanti di belakang marka-marka ini agar mangsa tidak melihatnya.

Model-model Yang Terilhami Oleh Jaring Laba-laba

Salah satu metode yang sangat populer dewasa ini adalah membuat rancangan-rancangan industri dengan mengambil contoh dari alam, karena model-model di alam dalam setiap segi tidak memiliki cacat. Sifat-sifat hemat-energi, tingkat estetika, tingkat kepraktisan, dan manuverabilitas antara lain merupakan hal yang penting bagi sebuah rancangan yang telah tersedia dalam bentuk yang sempurna di alam ini. Model-model yang dibuat manusia dengan kemampuannya, serta pengetahuan yang dikumpulkannya bertahun-tahun dan yang diantaranya melalui proses yang sulit, umumnya hanya menghasilkan tiruan yang buruk terhadap contoh-contoh yang ada di alam. Kita bisa melihatnya jika kita membandingkan tiruan-tiruan ini dengan contoh aslinya di alam.

Laba-laba merupakan salah satu mahluk hidup yang dijadikan contoh. Jaring laba-laba mahkota atau laba-laba embun, misalnya, merupakan contoh yang sangat sempurna dari sudut pandang estetika maupun rekayasa. Laba-laba ini membuat jaringnya pada sudut datar, sedemikian rupa sehingga mirip sebuah seperai, di atas padang rumput. Laba-laba ini menyebarkan seluruh beban jaring dengan menggunakan bilah-bilah rumput tegak sebagai pemberat.

Sarang burung berbentuk lonceng di Munich, terinspirasi oleh teknik yang digunakan oleh laba-laba rakit dalam membangun jaringnya.
Sebuah projek pemukiman bawah air yang terinspirasi oleh jaring laba-laba air tawar. Untuk kelangsungan hidupnya, laba-laba membawa udara yang dibutuhkan dan makanan ke dalam jaringnya yang tahan air. Pada pemukiman bawah air, kaca digunakan sebagai pengganti jaring.
Manusia meniru cara ini untuk menutupi bidang-bidang yang luas. Stadion Olimpiade Munich dan bandara udara Jeddah, yang sering disebut sebagai contoh arsitektur moderen, dibangun dengan meniru jaring laba-laba.

Laba-laba telah menggunakan model-model ini di seluruh dunia sejak pertama kali mereka muncul. Tentu saja diperlukan tingkat pengetahuan rekayasa yang memadai agar model-model tersebut bisa muncul dan diterapkan dalam praktek. Namun karena tidak pernah menerima pelatihan, laba-laba tidak tahu sama sekali mengenai perancangan konstruksi maupun arsitektural. Laba-laba, seperti mahluk hidup lainnya, berbuat hanya berdasarkan inspirasi yang dianugrahkan Tuhan kepadanya sejak mereka lahir. Ini merupakan satu-satunya sebab dari keajaiban arsitekturalnya. Tuhan menyatakan dalam sebuah ayat bahwa semua mahluk hidup berada di bawah kekuasaanNya.
98) !
Setiap orang mengetahui bahwa untuk membuat jaring, laba-laba menggunakan benang sutera yang dihasilkan tubuhnya sendiri. Namun tahap-tahap pembuatan benang dan keistimewaan-keistimewaannya tidak begitu dikenal. Benang yang diproduksi laba-laba, dengan diameter kurang dari satu perseribu milimeter, lima kali lebih kuat dibanding tali baja yang berdimensi sama. Lebih dari itu, benang ini dapat molor hingga empat kali panjang normalnya. Yang menakjubkan lagi, sutera ini sangat ringan. Sebagai gambaran, benang sutera yang direntangkan mengelilingi bumi hanya memiliki berat 320 gram saja. -Bilim ve Teknik Görsel Bilim ve Teknik Ansiklopedisi (Science and Technology Gorsel Science and Technology Encyclopedia), p. 1087

Akan bermanfaat jika kita melihat lebih jauh pada detil teknis di atas. Fakta bahwa sutera lima kali lebih kuat dibanding baja, tidak dapat kita terangkan begitu saja. Karena baja, yang dikenal sebagai salah satu material terkuat di dunia, merupakan logam campuran yang diproduksi di pabrik besar dengan serangkaian proses-proses. Meskipun lima kali lebih kuat dibanding baja, sutera laba-laba tidak dibuat dalam pabrik-pabrik besar, melainkan dibuat oleh seekor arachnida. Dapat kita lihat bahwa semua laba-laba dapat membuatnya. Baja merupakan material berat, dan karenanya sulit digunakan. Baja dibuat dalam tungku besar pada temperatur tinggi, dan dipakai setelah melalui proses pendinginan dalam cetakan-cetakan. Berbeda dengan itu, benang laba-laba sangat ringan,dan dibuat dalam tubuh tubuh laba-laba yang kecil, bukannya dalam tungku-tungku dan cetakan-cetakan raksasa.


“Laba-laba serigala” mempersiapkan kepompong yang tanpa tara untuk telurnya. Bagian luar kepompong yang keras melidungi telur dari bahaya luar. Bagian dalam yang dibantali oleh sutera, memberikan kenyamanan maksimal. Laba-laba ini memasukkan telur melalui sebuah lubang di atas kantung. (atas) Kemudian ia menutup lubang dan telur mendapatkan perlidungan perisai yang sempurna. Satu spesies di Oklahoma membuat sebuah sarang yang berbantalan untuk dirinya sendiri. Ia mencari selembar daun dan membawanya dengan mulutnya. Ia melipat daun ke atas dan mengaitkan ujung-ujungnya dengan sutera khusus. (Samping) Untuk menjamin kenyaman sarang, ia melapisi diding dalam dengan sutera.
Aspek ajaib lainnya adalah elastisitasnya yang sangat tinggi. Sulit sekali bisa menemukan material yang kuat sekaligus elastis. Sebagai contoh, kabel baja merupakan salah satu bahan terkuat di dunia. Namun karena tidak elastik seperti karet, baja kehilangan bentuknya secara perlahan. Dan meskipun kabel-kabel karet tidak mengalami kehilangan bentuk, bahan ini tidak cukup kuat untuk mengangkat beban-beban berat. Sebaliknya, sutera laba-laba lima kali lebih kuat dibanding kawat baja dengan ketebalan yang sama, dan 30 persen lebih elastik dibanding karet yang tebalnya sama.( Technology Review, Synthetic Spider Silk, October 1994, p. 16) Dalam istilah teknis, dari segi kekuatan tarik dan elastisitasnya, tidak ada material lain yang menyerupai benang laba-laba.
Hasil riset terhadap laba-laba beberapa dekade yang lalu telah menimbulkan beberapa pertanyaan. Sebagai contoh, sementara manusia membuat kabel-kabel baja dan karet berdasarkan pengetahuan yang dikumpulkannya beratus-ratus tahun yang lalu, pengetahuan apa yang digunakan laba-laba untuk membuat benang yang demikian unggul? Mengapa manusia tidak dapat memahami formulanya dan menggunakannya dalam praktek? Apa yang membuat sutera laba-laba demikian unggul? Jawabannya tersembunyi dalam kunstruksi sutera. Riset yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pengolah bahan kimia internasional baru bisa menentukan sebagian bahan dari benang laba-laba ini.

Pembuatan Sutera

Sutera yang dibuat laba-laba jauh lebih kuat dibanding serat alami atau serat sintetik manapun yang kita kenal. Menyadari hal ini, para ilmuwan mulai bereksperimen untuk memahami bagaimana laba-laba membuatnya. Mereka yang pertama kali melakukannya berpikir bahwa hal tersebut semudah mengambil sutera dari ulat sutera. Namun ternyata pikiran mereka keliru.

Setelah melakukan riset, ahli zoologi evolusioner dari Aarhus University Denmark, Fritz Vollrath menyatakan bahwa tidak mungkin untuk memperolehnya secara langsung dari laba-laba. Menghadapi kenyataan ini, para ilmuwan mendapat gagasan alternatif berupa "produksi sutera laba-laba buatan". Namun sebelum itu, para peneliti harus mengetahui cara laba-laba membuat suteranya. Dan ini membutuhkan waktu beberapa tahun. Dalam karyanya beberapa waktu kemudian, Vollrath menemukan beberapa bagian dari cara pembuatan tersebut. Cara yang digunakan laba-laba sungguh serupa dengan proses yang digunakan untuk membuat serat-serat industri seperti nilon: laba-laba mengeraskan suteranya dengan mengasamkannya. Vollrath memusatkan penelitiannya pada laba-laba taman yang dikenal sebagai Araneus diadematus, dan memeriksa saluran yang dilalui sutera sebelum keluar dari tubuhnya. Sebelum memasuki saluran ini, sutera terdiri dari protein-protein sutera. Di dalam saluran ini, sel-sel khusus mengeluarkan air dari protein-protein sutera tersebut. Atom-atom hidrogen yang diambil dari air tersebut dipompakan ke bagian lain dari saluran dan menghasilkan bak asam. Ketika protein-protein sutera bersentuhan dengan asam tersebut, protein-protein ini melipat dan saling membentuk jembatan-jembatan yang mengeraskan suteranya.( Discover, How Spiders Make Their Silk, October 1998, p. 34 ) Tentu saja pembentukan sutera ini tidak sesederhana itu. Agar sutera terbentuk, diperlukan bahan-bahan lain dengan segudang sifat yang beragam.

Cukup dengan mengamati kelenjar sutera kita akan menyadari bahwa laba-laba tidak dapat muncul secara kebetulan. Gambar ini menunjukkan kelenjar-kelenjar pada bagian kanan tubuh laba-laba Madagaskar (Nephila mada-gascarensis). Terdapat juga kelenjar pada bagian kiri tubuh. Kelenjar sutera 1 dan 2 menghasilkan sutera kering untuk berpegangan bagi laba-laba saat berjalan di jaringnya, atau ketika memanjat naik dan turun. Sutera lengket dihasilkan di kelenjar lain (3). Sutera dasar ini dilapisi dengan kelenjar adhesif (lengket) (4 dan 5). Kelenjar ke-6 memproduksi zat rekat yang dibutuhkan untuk menempelkan sutera di permukaan lain. Kelenjar ke-7 memproduksi bahan dasar untuk sebuah sutera tipis yang khusus untuk membungkus mangsa setelah tertangkap. Kelenjar ke-8 menghasilkan sutera untuk kepompong. Nomor 9, 10, dan 11 menunjukkan cerat-cerat pemintal (nosel sutera). Laba-laba membuat suteranya dengan menggunakan sistem yang tak ada bandingannya ini. Jelaslah sistem ini, dengan berbagai struktur dan fungsinya yang berbeda-beda, tidak dapat muncul melalui peristiwa kebetulan. Laba-laba diciptakan lengkap dengan sistem ini oleh Allah yang Mahakuasa.
Bahan mentah sutera laba-laba adalah "keratin", suatu protein yang tampil sebagai untaian helikal terjalin dari rantai-rantai asam amino. Bahan ini juga ditemukan pada rambut, tanduk dan bulu binatang. Laba-laba memperoleh semua bahan mentah suteranya dari sintesis asam-asam amino dari hasil pencernaan mangsanya. Laba-laba juga makan dan mencerna jaringnya sendiri sebagai bahan untuk membuat jaring berikutnya.

Benang di Bawah Mikroskop


Sebagaimana akan terlihat dari gambar perbesaran 200 kali di kanan, benang yang kering ini (dari laba-laba cribellate) ter-bentuk dengan berkumpulnya ratusan benang kering mikro. Sutera ini sudah lengket tanpa dilapisi dengan cairan apa pun. Sifat lengketnya terjadi berkat penyisiran yang dilakukan laba-laba saat memintal suteranya. Penyisiran ini, yang dilakukan dengan sebuah sisir halus yang terdapat pada garis di kaki be-lakangnya, memperbesar be-nang. Pengembangan ini ha-nya dapat terlihat di bawah perbesaran 1000 kali dan efek elektrostatis yang diciptakan memberi benang sifat perang-kapnya. Mustahil sifat-sifat tak bercela ini muncul sebagai ha-sil dari peristiwa kebetulan, se-bagaimana diklaim oleh para evolusionis. Allah menciptakan laba-laba, lengkap dengan sis-tem yang menakjubkan ini.
Gambar kiri menunjuk-kan benang penangkap dari seekor laba-laba ecribellate, seperti A. diadematus, yang diper-besar 100 kali. Lapisan encer yang memberikan benang sifat lengketnya tampak di sini sebagai tetes-tetes kecil. Pada gambar kedua, dengan perbesaran 300 kali, tampak benang-benang tergulung seperti bola kabel. Tegangan per-mukaan di dalam ma-sing-masing tetesan ini menyatukan serat-serat inti, menciptakan suatu sistem mesin pengerek, yang terlihat dalam kondisi mengerut. Di bawah tekanan, sis-tem mengendur dan be-nang dapat meregang hingga panjang sekali.

Letak kelenjar sutera laba-laba ditemukan di daerah sekitar dasar perut laba-laba. Masing-masing kelenjar menghasilkan elemen yang berbeda. Beragam jenis benang sutera dihasilkan dari beragam kombinasi elemen-elemen dari kelenjar-kelenjar ini. Ada keserasian yang sangat tinggi di antara kelenjar-kelenjar tersebut. Selama proses produksi sutera, digunakan pompa-pompa dan sistem tekanan khusus yang canggih di dalam tubuh laba-laba. Sutera mentah yang diproduksi dikeluarkan dalam bentuk serat-serat melalui cerat-cerat pemintal (nosel) yang berfungsi seperti keran. Laba-laba dapat mengatur tekanan semprotan dari cerat-cerat ini sesuai dengan keinginannya. Ini merupakan ciri yang sangat penting karena dengan cara inilah pembentukan molekul-molekul yang membentuk keratin mentah diubah. Dengan mekanisme kendali pada katup-katup tersebut; diameter, daya tahan, dan elastisitas benang dapat diubah saat pembuatan. Maka benang dapat dibentuk dengan karakteristik yang dikehendaki tanpa harus mengubah komposisi kimianya. Jika dikehendaki perubahan yang lebih besar pada benang, kelenjar lain harus bekerja. Benang-benang sutera halus yang dihasilkan, dengan berbagai keistimewaannya, dibentuk sesuai keinginan dengan menggunakan kaki-kaki belakang secara piawai.


Setiap laba-laba menghasil-kan sutera dengan berma-cam-macam sifat untuk fung-si-fungsi yang sesuai. Laba-laba yang dikenal sebagai A. diadematus dapat membuat sutera dengan beragam kom-posisi asam amino. Laba-laba menggunakan kelenjar perut dan katup untuk menghasil-kan tujuh macam sutera. Be-nang-benang ini, yang lebih kuat dari baja dan lebih lentur dari karet dan merupakan salah satu material paling sempurna di muka bumi, dihasilkan di dalam tubuh laba-laba. Inilah seni cipta Allah, Dia yang menciptakan segala sesuatu dan Maha Mengawasi semua makhluk.

1.KELENJAR FLAGELLIFORM, 2. KELENJAR PENGUMPUL , 3. KELENJAR SILINDRIS, 4. KELENJAR AMPULLATE KECIL, 5. SETERA LUARAN YANG KUAT UNTUK KANTUNG TELUR, 6. KELENJAR PIRIFORM, 7. KELENJAR AMPULLATE BESAR, 8. KELENJAR ACINIFORM, 9. sPIRAL PEMBANTU , 10.TALI-GANTUNG 11. SUTERA STRUKTURAL, 12. SEMEN UNTUK SAMBUNGAN DAN TEMPELAN, 13. SUTERA DALAM YANG LEMBUT UNTUK KANTUNG TELUR, 14 PELAPIS ENCER , 15. SERAT-SERAT INTI DARI SPIRAL PENANGKAP
Perbandingan campuran antara elemen-elemen yang dihasilkan keenam kelenjar sangat penting. Sebagai contoh, jika benang lengket yang dibuat, dan jumlah bahan perekatnya tidak memadai, maka kemampuan untuk menangkap mangsa akan hilang. Jika bahan perekatnya terlalu banyak, daya-guna jaring akan berkurang. Untuk mencapai tujuan yang dikendaki, produk-produk kelenjar lain harus digunakan dengan kadar yang benar.


Penduduk setempat memanfaatkan benang dari laba-laba jaring bola emas untuk memancing, karena jaringnya sangat kuat. Warna keemasan jaring memperdayai lebah dan serangga dan menarik mereka ke dalamnya.
Hasil dari proses-proses ini adalah sutera laba-laba dengan beragam sifat, yang semuanya berbeda satu sama lain, dan mampu melayani berbagai fungsi. Sutera laba-laba begitu kuat sehingga ahli zoologi, Vollrath, mengungkapkannya dengan kata-kata berikut: "Sutera laba-laba lebih kuat dan lebih elastis dibanding Kevlar, sementara Kevlar adalah serat terkuat buatan manusia." Discover, How Spiders Make Their Silk, October 1998, p. 34

Ini hanya sebagian dari sifat khas sutera laba-laba. Tidak seperti Kevlar, bahan plastik kuat untuk pembuatan jaket anti peluru, sutera laba-laba dapat didaur ulang dan digunakan berkali-kali.

Hal yang paling penting di sini adalah bahwa produk yang paling sempurna di dunia ini, yang lebih kuat dari baja dan lebih elastik dibanding karet, di buat di dalam tubuh laba-laba. Pabrik tekstil terbesar dengan teknologi termaju, juga laboratorium kimia terlengkap dan termoderen sekalipun belum sanggup membuat bahan yang menyerupai sutera laba-laba. Lalu bagaimana seekor laba-laba mampu merencanakan bahan kimia yang begitu unggul? Setelah merencanakannya, bagaimana ia mengetahui sumber bahan mentah yang diperlukan untuk membuatnya? Bagaimana pula ia menentukan kadar keenam bahan dasarnya? Peralatan apa yang dipakainya untuk menentukan perbandingan bahan dasar tersebut?


Tetesan-tetesan halus pada permukaan benang terlihat di sini.
Tidak diragukan bahwa semua itu mustahil terjadi secara kebetulan, sebagaimana dinyatakan kaum evolusionis. Laba-laba tak akan mampu menciptakan sistem baru dalam tubuhnya sendiri. Mustahil ia dapat mengetahui sekonyong-konyong apa saja yang diperlukan lalu kemudian menempatkannya di dalam tubuhnya. Gagasan seperti itu jauh dari kenyataan ilmiah dan logika.

Jelas sistem yang mampu menghasilkan sutera dengan beragam keistimewaan itu tidak mungkin terjadi dengan sendirinya. Pernyataan seperti itu hanyalah omong-kosong belaka.

Tuhan, Pencipta langit dan bumi, lah yang menciptakan laba-laba dengan semua sistemnya yang halus dan rumit ini, Dia lah yang menciptakan segalanya tanpa cacat sedikit pun, dan Dia Maha Mengetahui atas segala mahlukNya.
…Tiada sekutu bagiNya di Kerajaan ini. Dia lah yang menciptakan segala sesuatu dan menentukannya dengan ukuran yang tepat. (Surat Al-Furqan:2)

Benang Yang Paling Cocok Bagi Peruntukannya

Tidak dikenal luas bahwa laba-laba menggunakan lebih dari satu jenis benang saat membuat jaringnya. Sebenarnya, laba-laba membuat beragam benang dalam tubuhnya untuk tujuan yang berbeda-beda. Jelas karakteristik ini sangat penting jika kita melihat kehidupan laba-laba. Penting karena benang-benang untuk berjalan, untuk menangkap mangsa, dan untuk membungkus mangsa harus berbeda satu dengan lainnya. Sebagai contoh, jika benang yang digunakan untuk berjalan sama lengketnya dengan benang untuk menangkap mangsa, maka laba-laba akan terjerat padanya dan berakibat kematian.

Mari kita lihat sebuah contoh. Semua laba-laba membuat dan menggunakan beragam sutera. Namun nampaknya, laba-laba Araneid merupakan pembuat jaring bola paling banyak ragam suteranya. Sedikitnya, laba-laba ini membuat tujuh macam sutera. Yang pertama adalah sutera yang membentuk kerangka dan jari-jari bola serta tali-gantung (dragline) untuk dia turun ke bagian bawah; yang kedua adalah sutera lengket yang digunakan untuk membentuk spiral penangkap. Sebagai tambahan, laba-laba ini membuat perekat untuk melapisi sutera spiral tersebut; serat-serat tambahan yang memperkuat kerangka dan tali-gantung; sutera kokon; sutera untuk membungkus mangsa; dan sutera untuk melekatkan kerangka dan tali-gantung ke struktur pondasi. Endeavour, The Structure and Properties of Spider Silk, January1986, no 10, p. 37
Semua sutera ini, dengan beragam kekuatan dan elastisitas, juga memiliki ketebalan dan daya lengket yang berbeda-beda. Tali-gantung yang menjadi bagian terpenting dari kehidupan laba-laba, misalnya, tidak memiliki daya-rekat meskipun kuat dan elastik. Tali ini dapat menahan beban hingga dua atau tiga kali berat tubuh laba-labanya. Berkat tali sutera inilah laba-laba yang sedang membawa mangsa dapat bergerak aman ke atas dan ke bawah.

Sebagaimana telah kita lihat, agar dapat bertahan hidup, laba-laba harus mampu membuat beragam jenis sutera dan tahu di mana harus menggunakan masing-masing jenis sutera tersebut. Hilang satu jenis saja berarti kematian baginya.

Mustahil seekor laba-laba dapat bertahan hidup tanpa memiliki semuanya itu secara bersamaan. Bayangkanlah seekor laba-laba yang mampu membuat jaring yang sempurna namun tak memiliki daya-rekat. Jaringnya tidak akan berguna sama sekali. Menunggu beribu-ribu tahun untuk terjadinya proses evolusi juga bukan suatu pilihan baginya, karena tanpa pengetahuan ini laba-laba akan mati dalam beberapa hari saja. Atau bayangkan lagi seekor laba-laba yang mampu membuat beragam sutera tetapi tak mampu membuat jaring dari sutera tersebut. Tentu saja sutera buatannya tak berguna sama sekali, dan lagi-lagi ia akan mati. Bahkan jika ia mampu membuat semua jenis sutera kecuali sutera kokon untuk melindungi telur-telurnya, maka laba-laba tersebut akan punah. Maka, laba-laba tak pernah memiliki waktu untuk mendapatkan semua karakteristik yang kini dimilikinya satu demi satu secara bertahap sebagaimana pernyataan kaum evolusionis.

Tidak satu keistimewaan pun dapat terjadi secara bertahap seperti dinyatakan kaum evolusionis. Sejak laba-laba pertama yang lahir ke bumi, semua laba-laba harus berwujud lengkap. Semua fakta ini merupakan bukti bahwa laba-laba muncul ke dunia langsung dalam bentuknya yang sempurna. Dengan kata lain, laba-laba diciptakan oleh Tuhan. Dengan keajaiban penciptaan laba-laba ini, Tuhan hendak menunjukkan kepada kita kekuasaan dan ilmuNya yang tiada batas.

Elastisitas Benang Sutera
Bergantung pada tujuan pemakaiannya, benang laba-laba memiliki sifat-sifat yang berbeda. Sebagai contoh, benang-benang lengket berbeda dari benang untuk tali-gantung yang dibuat dalam kelenjar yang berbeda pula. Benangnya lebih tipis dan lebih elastik. Dalam kondisi tertentu, benang jenis ini dapat molor hingga 500-600 persen.

Laba-laba memiliki sistem pompa-dan-katup yang memungkinkannya mampu membuat benang sutera. Saluran-saluran kelenjar mengentalkan zat yang dipancarkannya menjadi bentuk yang sangat pekat - suatu kristal cair yang molekul-molekulnya tersusun dalam garis-garis sejajar. Gaya-gaya geser kuat yang ditimbulkan cerat ekstrusi pada benang yang keluar, menyebabkan rantai-rantai membentuk struktur tersier stabil yang disebut sebagai lapisan/lembaran berlipit-beta (beta-pleated sheet).

Kristal-kristal protein ini selanjutnya dimasukkan kedalam matriks semacam karet, yang tersusun dari rantai-rantai asam amino, yang tidak terhubung ke lapisan-lapisan berlipit-beta. Namun, tali-tali helikal ini terikat dalam keadaan yang berentropi tinggi. Kondisi acak inilah tepatnya yang menyebabkan elastisitas luar biasa, seperti karet, pada sutera. Meregangkan benang sutera menyebabkan lepasnya tali-tali protein dari keadaan tidak-teraturnya, sedangkan mengulurnya memungkinkan tali-tali ini berhubungan kembali membentuk ketidakteraturan. Scientific American, Spider Webs and Silks, March 1992, p. 70

Elastisitas benang-benang lengket memungkinkan terhentinya gerakan serangga yang menubruknya secara perlahan-lahan. Dengan demikian, bahaya putusnya jaring berkurang. Zat perekat yang digunakan diproduksi dalam grup kelenjar-kelenjar lain yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Bahan ini sedemikian rekatnya sehingga serangga yang terjerat jaring mustahil dapat lolos.

Benang Laba-laba Lebih Kuat Daripada Baja

Sutera laba-laba merupakan skleroprotein yang dipancarkan dari cerat pemintal dalam bentuk cairan. Skleroprotein adalah sejenis protein yang mengeras dan membentuk struktur elastik yang kokoh jika berhubungan dengan udara. Berkat protein inilah sutera laba-laba sangat kuat. Sutera ini demikian kuat dan alotnya sehingga jaringnya dalam skala besar dapat menangkap pesawat udara. Science News, Computer Reveals Clues to Spiderwebs, 21 January 1995

Elastisitas sutera diimbangi oleh kekuatannya. Karena merupakan bahan komposit, seperti serat-serat gelas dalam resin, sutera memiliki kekuatan tinggi. Kristal dan matriksnya tidak mudah hancur. Benang yang teregang biasanya melesak karena retakan pada permukaannya membelahnya secara memasung. Gaya-gaya yang bekerja di sepanjang serat terpusat pada retakan dan mengakibatkan sobekan kedalam yang semakin cepat. Namun, retakan semacam ini hanya dapat terus bergerak jika tidak menemui rintangan. Kristal-kristal dalam matriks karet dari sutera laba-laba merupakan rintangan-rintangan yang membelokkan dan melemahkan gaya sobekan ini. Scientific American, Spider Webs and Silks, March 1992, p. 70

Pada benda yang tegang, kerusakan sedikit pun pada permukaannya bisa membahayakan. Namun pada benang laba-laba, risiko ini terhindari dengan adanya tindakan pencegahan. Ketika laba-laba taman membuat suteranya, pada saat yang sama ia melapisinya dengan bahan cair sedemikian rupa sehingga setiap kemungkinan retakan pada permukaan sutera bisa dihindari. Cara yang dilakukan laba-laba berjuta-juta tahun lamanya ini, kini digunakan pada kabel-kabel industri kekuatan tinggi untuk beban berat.
Sejauh ini, uraian di atas merupakan uraian teknis dari keajaiban konstruksi sutera laba-laba. Kini kita harus berhenti dan berpikir. Kebenaran apa yang mendasari penjelasan teknis ini? Jelas sekali bahwa laba-laba tidak mengetahui tentang protein-protein dan keadaan kristal dari atom. Ia juga tidak mengetahui ilmu kimia, fisika, ataupun ilmu rekayasa. Ia adalah mahluk tanpa kemampuan berpikir. Karena keistimewaan-keistimewaan yang dimilikinya, mustahil semua ini sebagai akibat kejadian kebetulan. Namun jika demikian, lalu siapa yang membuat rencana-rencana dan perhitungan-perhitungan di atas? Karena setelah kita pelajari dari jaring dan suteranya, dan dari cara berburu serta cara hidupnya, jelas sekali bahwa operasi teknis tanpa cacat ini tidak mungkin terjadi dengan sendirinya.

Setiap laba-laba yang kita lihat di sudut-sudut taman atau di sela-sela tanaman di taman, dengan kemampuan kimia, fisika dan arsitekturalnya, lagi-lagi merupakan bukti yang jelas dari karya-cipta Tuhan. Pada mahluk hidup ini, Tuhan hendak menunjukkan kepada kita kebijakanNya yang tak berbatas, Kekuasaan ciptaanNya yang tiada tanding. Tuhan menyatakan kebenaran ini di dalam Al-Qur'an:

Semua yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dia lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. KepunyaanNya lah kerajaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan mematikan. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Surat Al-Hadid:1-2)

Teknik Pembuatan Jaring Yang Mengagumkan Dari Laba-laba Taman
Laba-laba taman menggunakan tiang penopang untuk memperkokoh sarang mereka. Pada jaringnya, laba-laba menstabilkan spiral terluarnya dengan 4 hingga 6 titik pegangan dan menggantungnya secara vertikal untuk menangkap serangga yang sedang terbang. Selain itu, laba-laba ini melekatkan pemberat pada bagian bawah benang spiral terluar, dari benang pendek lainnya sedemikian rupa sehingga membuatnya tegang. Pemberat ini, yang membuat jaring menjadi kuat dan berayun di udara, bisa berupa batu kecil, sepotong kayu, atau cangkang siput. Para ilmuwan telah mengamati bahwa jika mereka mengangkat dengan hati-hati pemberat yang tergantung pada jaring tanpa melepaskannya dan tanpa menghentikan ayunannya, laba-laba yang sedang menunggu di sarangnya segera muncul dan memeriksanya. Kemudian laba-laba tersebut memperpendek benangnya agar pemberat tersebut berayun bebas kembali. Hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa semua itu dilakukan laba-laba untuk memperkokoh jaringnya. Bilim ve Teknik Dergisi (Journal of Science and Technology), No 342, May 1996, p.100

Perangkap Paling Kejam Di Dunia

Mangsa yang tertangkap dalam sebuah jaring laba-laba tidak bisa berkutik sama sekali. Perangkap ini dipersiapkan sedemikian piawainya sehingga setiap gerakan korban untuk lolos mengakibatkan hilangnya elastisitas benang dan semakin mempererat jeratan pada mangsa. Sejalan dengan waktu, dan setelah korban kehabisan tenaganya, jaring menjadi semakin kuat dan semakin tegang dari sebelumnya. Laba-laba yang mengawasi perjuangan sia-sia ini, dari salah satu sudut jaring, dengan mudah dapat membunuh mangsanya yang telah lunglai.

Ketika serangga yang terperangkap berusaha lolos, seseorang bisa saja menduga bahwa jaringnya akan rusak dan korban akan lolos dari perangkap. Namun yang terjadi malah sebaliknya. Jaring tersebut menjadi semakin kuat dan sama sekali membuat serangga mati kutu. Bagaimana jaring laba-laba bisa menjadi lebih kuat ketika korban berusaha untuk lolos?

Jawabannya muncul saat kita memeriksa struktur jaringannya. Benang-benang penangkap berubah bentuk karena kelembaban udara. Perubahan ini terjadi sebagai berikut. Benang spiral laba-laba taman terbentuk dari menyatunya dua serat berlapis-cairan. Cairan lengket ini dibuat dalam kelenjar yang berbeda dari kelenjar penghasil serat. Benang sutera yang keluar dari kelenjar serat secara sinambung dilapisi bahan lengket ini. Sumber bahan perekat ini adalah glikoprotein yang dikandungnya. Lebih jauh lagi, 80 persen bahan ini adalah bahan ekonomis, yakni air. Science et Vie, L'économie de la toile d'araignée, January 1999, No.976, p.30
Ketika bertemu dengan air di udara, cairan lengket ini terurai menjadi butiran-butiran kecil yang melekat ke benang. Pengerutan dan peregangan benang lengket secara cepat dan berulang akan membengkokkan dan meluruskan serat-serat inti dalam butiran-butiran ini. Karenanya, keseluruhan sistem serat-inti dan pelapis selalu dalam keadaan tertarik, dan membuat benang lengket ini tetap tegang. Energi dari hentakan angin atau dari gerakan serangga tidak hanya diserap sutera saja, melainkan oleh keseluruhan sistem tersebut.

Serat-serat inti memberikan andil juga dalam keseluruhan proses di atas. Seperti halnya karet yang diperkuat, serat-serat ini terplastisasi dan mendapat manfaat langsung dari elastisitas entropik yang bergantung pada temperatur. Karena energi kinetik dari mangsa sebagian besar berubah menjadi panas, benang-benang menjadi hangat. Pemanasan ini meningkatkan entropi, dan karenanya serat-serat inti menjadi semakin kuat. Energi yang diserap dari mangsa benar-benar memperkuat benang penangkap, dan hal ini terjadi karena kepandaian laba-laba dalam menggunakan pelapisan encer.( Scientific American, Spider Webs and Silks, March 1992, p. 74) Dari segi ini, jaring laba-laba merupakan perangkap paling kejam yang ada di alam.

Anda mungkin bertanya, apakah keistimewaan-keistimewaan ini terdapat pula pada benang-benang sutera lain. Apa yang terjadi jika memang demikian halnya? Misalnya, apa yang terjadi jika benang penahan-beban memiliki kapasitas regang yang sama? Tentunya akan sangat sukar bagi laba-laba untuk membawa dirinya dan mangsanya. Berbeda dari benang-benang penangkap, sutera penahan-beban yang membentuk kerangka jaring laba-laba dilapisi zat kimia lain yang melindunginya dari air, karena benang ini tidak harus seelastis benang lengket.

Seperti telah kita lihat, laba-laba membuat zat pelapis yang berbeda untuk fungsi dan konstruksi sutera yang berbeda. Lalu, bagaimana laba-laba dapat mengetahui ragam efek fisika dan efek kimia dari zat pelapis ini? Berpegang teguh dengan pendapat bahwa laba-laba telah terlatih, atau belajar dari pengalaman, atau terjadi karena kebetulan sungguh jauh dari akal sehat.

Sedikit pemikiran saja sudah cukup untuk mendapatkan jawaban yang benar. Agar laba-laba bisa merencanakan semua ini, maka ia harus mempelajari semua struktur-struktur molekul, serta mekanisme kimia yang menyebabkan pemadatan benda cair seperti yang telah kami uraikan di atas. Setelah mempelajari semua itu, ia harus mengambil keputusan untuk memproduksinya. Setelah keputusan itu diambil, ia harus melakukan perubahan pada tubuhnya dan menyusun sistem-sistem untuk membuat semua produk tersebut.

Tentu saja yang demikian itu hanya skenario khayal belaka. Seperti telah kita lihat, perencanaan tubuh laba-laba yang demikian sempurna dan perilakunya yang memiliki tujuan, tidak dapat dijelaskan dengan peristiwa apapun di alam, atau dengan kekuatan apapun. Dan semua orang yang berakal sehat dapat melihat bahwa laba-laba tak akan mampu melakukan sendiri semua itu bagi dirinya. Karenanya, mustahil menjelaskan perilaku laba-laba dan struktur fisiknya, dengan istilah perubahan-perubahan yang bertahap sejalan dengan waktu, atau dengan proses evolusioner lainnya.

Semua mahluk hidup di alam memiliki karakteristik yang serupa, atau bahkan lebih rumit, dibanding laba-laba. Mempelajari salah satunya saja akan cukup untuk meyakinkan adanya rencana nyata dalam mahluk-mahluk ini. Sangat jelas ada suatu kekuatan yang menguasai mereka. Rencana fisiknya, juga perilakunya membuktikan bahwa mahluk-mahluk hidup ini dibuat oleh Sang Pencipta, yakni Tuhan. Kecerdasan saja tidak akan memadai untuk bisa melihat hal ini. Tuhan, Penguasa seluruh dunia telah menyatakan fakta ini kepada manusia dalam ayatNya, '(Dia lah) Penguasa Timur dan Barat dan segala yang ada di antaranya. Jika saja kamu menggunakan akalmu.' (Surat Asy-Syuara:28)

Sutera Laba-laba Dan Industri Pertahanan/Senjata

Kekuatan dan elastisitas bahan merupakan hal yang sangat penting dalam sektor industri. Kekuatan memperluas bidang penerapan, sedangkan elastisitas meningkatkan kemudahan penerapannya. Dari segi kekuatan dan elastisitasnya, benang laba-laba merupakan bahan paling sempurna di dunia. Karena alasan inilah para peneliti sangat menggiatkan kajian mereka terhadap sutera laba-laba pada kuartal terakhir abad 20. Sebagai hasilnya, mereka telah mampu membuat bahan kimia yang serupa dengan sutera namun dengan mutu yang jauh lebih rendah. Pendek kata, meskipun menggunakan seluruh sumberdaya dan penelitian mendalam, serta teknologi moderen belum mampu menghasilkan suatu benang yang setara dengan benang yang dibuat laba-laba.
Benang laba-laba merupakan suatu protein yang terdiri dari asam-asam amino: glisin, alanin, serin, dan tirosin. Perusahaan Du Pont telah memproduksi beragam serat sintetik dengan menggali formula kimia sutera, dan dengan menentukan tata-letak molekul-molekul penyusunnya. Setiap molekul raksasa dalam polimer sintetik ini terbuat dari ribuan rantai molekular atom-atom karbon, oksigen, nitrogen, dan hidrogen. Produk buatan yang dikenal dengan nama Kevlar ini merupakan serat organik yang terbaik. Dengan kekuatan dan elastisitasnya, serat-serat sintetik Kevlar memiliki karakteristik fisik yang mendekati sutera laba-laba.
Kevlar digunakan pada sabuk pengaman mobil dan dalam berbagai bagian dari pakaian pelindung. Bahan penting ini juga banyak digunakan dalam industri pesawat terbang dan kapal laut sebagai bahan luar, dalam produksi serat-optik dan kabel-kabel elektro-mekanik, dalam industri tali dan kabel, dan dalam berbagai peralatan olah-raga.

Serat Kevlar terbuat dari "poli-parafenilena tereftalamida". Serat yang terdiri dari rantai-rantai molekular panjang ini tahan tekuk dan cocok untuk benang berkat konstruksinya. Karena ringan dan tahan lama, bahan ini kini banyak digunakan di berbagai bidang industri.

Salah satu bidang yang terpenting yang memanfaatkan Kevlar di abad ini adalah industri pertahanan/senjata. Rompi anti peluru yang biasanya terbuat dari baja, kini dibuat dari kain tenun serat Kevlar, yang penampilannya tidak berbeda dari kain biasa. Berkat sifat redam-kejutnyanya, Kevlar mengurangi gaya tumbukan peluru. Ini merupakan temuan teknologi paling penting dan paling berguna. Meskipun demikian, kekuatan redam-kejut serat Kevlar hanya lah sepertiga dari kekuatan redam-kejut sutera laba-laba.
Jadi, fakta ini menyimpulkan bahwa pusat-pusat riset ilmiah dengan teknologi terbarunya hanya mampu menghasilkan tiruan yang mutunya lebih rendah dibanding sutera buatan laba-laba. Perbedaan ini merupakan bukti bahwa Tuhan lah yang menciptakan mahluk-mahluk hidup dengan kekuasaanNya yang tiada tanding.

Pemanfaatan Sutera Laba-laba Dalam Kehidupan Manusia

Selama riset kimiawi terhadap sutera laba-laba, benang-benang sutera diambil dari laba-laba dengan mesin-mesin khusus. Dengan cara ini bisa diperoleh 320 meter sutera per hari dari satu ekor laba-laba (sekitar 3 miligram) tanpa melukainya.

Ilmu kedokteran merupakan bidang lain yang menggunakan benang laba-laba melalui cara di atas. Dengan kata lain, laba-laba telah dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Para ahli Farmakologi di Wyoming University, Amerika Serikat, menggunakan benang laba-laba Nephila sebagai benang jahit untuk operasi yang sangat sensitif, seperti operasi-operasi pada tendo

KEAJAIBAN LABA-LABA

 CARA LABA-LABA BERBURU
Kebanyakan orang mengira bahwa laba-laba adalah hewan yang menggunakan jaring untuk menangkap mangsanya. Namun perkiraan ini sama sekali tidak menceriterakan kisah laba-laba secara keseluruhan, karena jaring-jaring yang ajaib dari segi arsitektur maupun dari segi rekayasanya bukan lah satu-satunya cara laba-laba untuk menangkap mangsanya. Disamping membuat jaring, laba-laba menggunakan taktik-taktik lain yang menakjubkan saat berburu.

Laba-laba Pelempar Lasso

Dari sekian banyak spesies laba-laba, salah satu yang paling menarik karena teknik-teknik berburunya adalah laba-laba "Bolas". Berdasarkan hasil riset rinci terhadap mahluk ini, seorang pakar laba-laba, Dr. Gertsch, menemukan bahwa laba-laba ini menggunakan hidungnya untuk menangkap mangsanya.


Karena laba-laba Bolas melemparkan lasonya lebih cepat dari penglihatan mata manusia, dibutuhkan teknik khusus untuk mengambil gambar ini.
Banyak orang mengira kalau laba-laba adalah serangga. Namun, ilmuwan mengklasifikasikan laba-laba dalam kelas arachnid (bersama kalajengking, kutu, tungau), yang dalam beberapa hal berbeda dengan serangga. Laba-laba mem-punyai delapan kaki, sementara semut, lebah, kumbang, dan serangga lain hanya mempunyai enam kaki. Kebanyakan serangga juga mempunyai sayap dan antena sedangkan laba-laba tidak. Arachnid termasuk filum Artropoda.
Di dunia terdapat lebih dari 30.000 jenis laba-laba yang diketahui, dan bisa dikelompokkan dari cara hidupnya.
a) Laba-laba pemintal jaring membuat jaring untuk menangkap serangga.
b) Laba-laba pemburu mengejar serangga atau menunggu mereka.
Dari segi struktur tubuh seperti taringnya, laba-laba dikelompokkan atas laba-laba sejati dan tarantula.
Laba-laba Bolas memburu mangsanya dalam dua tahap. Pada tahap pertama, laba-laba ini membuat benang berujung lengket dan bersiap-siap untuk menyergap. Selanjutnya, ia akan menggunakan benang lengket ini sebagai sebuah lasso. Kemudian, untuk mengundang mangsanya, laba-laba ini menaruh suatu zat kimia khusus. Zat kimia ini adalah "pheromone", yang biasa digunakan ngengat betina untuk memikat pasangannya. (Ngengat jantan yang tertipu dengan panggilan palsu ini, datang mendekati sumber bau.) Laba-laba yang penglihatannya sangat buruk dapat merasakan getaran yang ditimbulkan saat ngengat terbang. Dengan cara ini, laba-laba dapat merasakan kedatangan mangsanya. Yang menarik, meskipun nyaris buta, laba-laba Bolas ini dapat menangkap mahluk yang sedang terbang dengan seutas benang yang dibuatnya sendiri sambil bergelantungan di udara.

Buku Strange Things Animals Do mengibaratkan teknik berburu laba-laba ini dengan seorang koboi yang sedang melemparkan lasso:

Laba-laba ini membuat seutas tali sutera, kemudian menaruh bandul cairan lengket di satu ujungnya. Dengan cara ini, senjata ini mengingatkan seseorang akan sebuah lasso koboi. Kemudian ia mengangkat benang ini dengan kedua kaki depannya, yang kini bertindak sebagai tangan. Ketika seekor ngengat terbang mendekat, ia melempar lassonya. Bandul lengketnya mengenai tubuh serangga yang terbang dan menempel kuat padanya. Ngengat korban selanjutnya ditarik oleh laba-laba Bolas dan dibungkusnya. Gardner Soul, Strange Things Animals Do, G.P.Putnam's Son, New York, 1970, p. 89

Tahap kedua dimulai ketika korban yang tertipu bau-bauan mendekat. Dengan menarik kaki-kakinya ke belakang, laba-laba mengambil posisi menyerang dan melempar lassonya lebih cepat dari pandangan mata manusia. Ngengat tertangkap oleh bandul lengket di ujung benang. Laba-laba kemudian menarik-gulung mangsanya dan menggigitnya untuk melumpuhkannya. Selanjutnya ngengat dibungkus dengan benang khusus, yang dapat menjaga kesegaran makanan dalam waktu lama. Dengan cara ini, laba-laba mengawetkan makanannya untuk konsumsi masa datang.

Dalam buku yang sama, penulisnya mengevaluasi pergerakan laba-laba yang terencana ini dengan istilah-istilah berikut:

Para ilmuwan menyebut Bolas sebagai mahluk tingkat rendah. Dr. Gertsch tidak yakin bahwa istilah ini tepat untuk laba-laba. Karena apa yang mampu dilakukan mahluk rendah ini tidak dapat dilakukan oleh singa laut, anjing, atau singa terlatih sekalipun, bahkan seorang koboi pun mengalami kesukaran untuk melakukannya. Gardner Soul, Strange Things Animals Do, G.P.Putnam's Son, New York, 1970, p. 90 


Laba-laba Bolas menangkap mangsanya dengan bola lengket yang tampak pada gambar ini.
Karenanya jelas bahwa teknik berburu dari laba-laba Bolas membutuhkan kecakapan khusus, bahkan semestinya berdasarkan pengalaman praktek. Jika kita lihat prosesnya tahap demi tahap, tingkat kesulitan yang dilakukan laba-laba menjadi semakin jelas. Mari kita lihat jawaban terhadap pertanyaan berikut, "Apa yang mesti dilakukan laba-laba Bolas ketika berburu?"Menyiapkan bandul lengket di ujung benang.

Membuat dan melepaskan dari tubuhnya zat bau yang dibuat ngengat betina untuk memikat pasangan jantannya.

Melemparkan lasso pada mangsanya lebih cepat dari pandangan manusia.
Membidikkan lasso tepat mengenai mangsanya.

Akhirnya, membuat benang khusus yang dapat menjaga kesegaran mangsa, serta membungkusnya.
Maka, bagaimana laba-laba Bolas mampu bekerja dalam kerangka kerja yang terencana demikian baiknya? Membuat rencana merupakan ciri mahluk-mahluk yang memiliki daya pikir, yakni manusia. Lebih jauh lagi, otak laba-laba tidak memiliki kapasitas untuk menyusun dan melakukan semua itu. Dalam hal ini, bagaimana laba-laba dapat memiliki teknik berburu dengan karakteristik yang begitu menakjubkan? Inilah pertanyaan yang jawabannya masih dicari para ilmuwan.

Menurut kaum evolusionis, semua karakteristik yang dimiliki laba-laba diperolehnya secara kebetulan. Laba-laba membuat keputusan untuk membuat lasso, membuat zat kimia, mengetahui bahwa ia harus mengundang ngengat ke arahnya, serta mendapat kecakapan menembak dengan lasso, semuanya secara kebetulan. Semua kemampuan yang diperlukan untuk berburu dengan menggunakan lasso terjadi secara kebetulan sama sekali. Jelas bahwa pernyataan seperti itu hanyalah sebuah fantasi, tanpa landasan ilmiah ataupun logika. Untuk melihat lebih jelas seberapa jauh fantasi kaum evolusionis ini dari fakta-fakta ilmiah, mari kita bayangkan sebuah skenario kecil; meskipun hal ini sangat mustahil.

Skenario: Jaman dahulu kala, seekor laba-laba menyadari bahwa ia tidak dapat membangun jaring seperti laba-laba lainnya. Karenanya, ia mulai mencari-cari di sekitarnya. Pada suatu hari, ia melihat bahwa ngengat betina menggunakan zat kimia untuk memikat ngengat jantan. Ia berpikir bahwa untuk menangkap ngengat, ia harus membuat zat kimia serupa dengan membangun pabrik kimia tersebut di dalam tubuhnya. Namun masalahnya belum selesai. Karena tanpa kemampuan untuk menangkapnya, tidak ada artinya mengundang kedatangan ngengat-ngengat tersebut. Sampai di sini ia mempunyai ide lainnya untuk membuat senjata berbentuk antara lasso dan tongkat-kebesaran dari benang yang dihasilkannya.

Namun, membuat senjata saja belumlah cukup. Saat pertama kali berburu, jika tembakan senjatanya tidak mengenai sasaran, segala usaha sebelumnya menjadi sia-sia. Bahkan lebih buruk dari itu, ia bisa mati kelaparan. Ternyata tidak demikian. Ia mampu menangkap mangsanya, bahkan kemudia "berhasil" mengembangkan teknik berburu yang sempurna. Setelah itu, ia berpikir untuk mengajarkan teknik berburunya secara rinci kepada laba-laba lain dan kemudian menemukan cara untuk mengalihkan pengetahuannya ini ke generasi berikutnya.

C:\Users\kişi\Desktop\My Pictures\HAKİKATLER\Ağ_kurmay...jpg

Ini baru sebagian dari skenario. Namun skenario ini tidak cukup hanya dalam bentuk tulisan saja, melainkan harus diwujudkan kedalam kenyataan. Sampai di sini, mari kita pikirkan beberapa alternatif imajiner dalam lingkup skenario imajiner di atas.
Alternatif imajiner ke-1: Terdiri dari istilah yang kaum evolusionis menyebutnya sebagai "Induk Alam", yakni pepohonan, bunga-bunga, langit, air, hujan, matahari, dll. Kemudian semua kekuatan-kekuatan alam bekerja dengan harmonis membentuk sebuah sistem yang berfungsi dengan sempurna. Dalam proses ini, laba-laba tidak dilupakan, tentu saja dengan teknik berburunya yang cakap.

Alternatif imajiner ke-2: Peristiwa kebetulan murni. Kaum evolusionis lagi-lagi menjelaskannya sebagai sebuah kekuatan aktif yang membantu laba-laba Bolas, juga pemburu-pemburu lainnya, sehingga dapat memiliki kecakapan memangsa.

Tentu saja ini hanyalah sebuah fantasi, sebuah produk imajinasi aktif. Pemilik imajinasi ini adalah para ilmuwan evolusioner. Sebelum beralih ke jawaban nyata, mari kita lihat betapa tidak logis, tidak sahih, serta tidak berdasarnya skenario-skenario ini.
Pada kenyataannya, laba-laba Bolas bukanlah seorang insinyur kimia! Mustahil mahluk ini dapat mempelajari zat kimia yang dikeluarkan ngengat lalu menganalisisnya, dan kemudian segera tahu cara membuatnya di dalam tubuhnya. Hal seperti ini sama sekali bertentangan dengan pikiran, logika, dan sains.

Selain untuk berburu, laba-laba tidak menggunakan zat kimia tadi untuk hal lainnya. Meskipun dapat membuatnya secara kebetulan, ia harus memahami kesamaan antara bau yang dikeluarkan ngengat dengan bau yang dibuatkannya. Untuk itu membutuhkan kecerdasan agar bisa menggunakannya sesuai dengan keinginan.

Bahkan jika kita terima bahwa laba-laba telah "belajar" dari alam mengenai bau zat kimia yang dikeluarkan ngengat ini, serta "cukup pandai" untuk menggunakannya, maka ia harus mampu melakukan perubahan fisik yang diperlukan untuk menghasilkan zat kimia tersebut. Mustahil bagi mahluk hidup manapun, atas kehendaknya sendiri, menambah organ tambahan atau sistem produksi kimia kepada tubuhnya sendiri. Berpikiran bahwa seekor laba-laba mampu melakukannya, apalagi menyatakannya sebagai fakta, sama saja dengan meninggalkan jauh-jauh batas-batas logika.

Betapapun mustahilnya, mari kita anggap bahwa laba-laba mendapatkan semua karakteristik ini secara kebetulan. Kemudian laba-laba tersebut harus memiliki "pemikiran" tentang cara menggunakan lasso untuk menangkap ngengat, dan setelah "merancangnya" kemudian mampu menciptakannya atas kehendaknya sendiri.

Dari sini jelas bahwa dengan mempelajari karakteristik-karakteristik laba-laba Bolas secara saksama, orang akan memahami betapa menggelikannya teori evolusi itu. Teori yang melulu berlandaskan kepada konsep kebetulan. Jelas bahwa suatu peristiwa kebetulan tak akan bisa membuat laba-laba memiliki keistimewaan-keistimewaan di atas, yakni kecerdasan, perencanaan dan taktik-taktik berburu. Lebih jauh lagi, sampai kapan pun laba-laba tidak akan mampu menciptakan sendiri keistimewaannya itu. Tidak perlu pemikiran yang panjang dan keras ataupun riset untuk memahami hal ini. Dengan sedikit akal sehat sudah cukup untuk melihat kebenaran yang jelas-jelas nampak ini.

Maka jelas sekali bahwa skenario kaum evolusi sungguh teramat keliru. Yang tersisa hanyalah kebenaran: Bahwa situasi yang kita bahas memerlukan adanya aksi penciptaan yang sangat khusus. Tuhan lah yang menciptakan semua mahluk hidup, tetumbuhan, binatang, dan serangga, Tuhan memiliki kekuatan, pengetahuan, kecerdasan, dan kebijakan tanpa batas.

'Tuhan langit dan bumi dan segala sesuatu di antaranya, Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun' (Surat Shad: 66)

Pintu-perangkap Untuk Hidup Di Gurun


Saat memburu mangsanya, laba-laba pintu-perangkap hanya meletakkan kaki-kaki depannya di luar.
Bagi kebanyakan mahluk hidup, panasnya iklim gurun bisa mematikan. Namun, beberapa mahluk memiliki kecakapan untuk dapat bertahan terhadap panasnya gurun. Baik teknik-teknik berburu, susunan tubuh, ataupun cara perilaku mereka membuatnya hidup nyaman di lingkungan gurun. Salah satu pesies yang menjadi pokok bahasan buku ini, yakni laba-laba, memiliki karakteristik-karakteristik yang diperlukan untuk dapat hidup di gurun. Mahluk yang dikenal sebagai "laba-laba pintuperangkap" ini menggunakan rumah berpenyekat di dasar gurun sebagai pelindung dari panas dan sebagai perangkap untuk menangkap mangsanya.

Mula-mula laba-laba ini menggali liang di dalam tanah. Kemudian memelester bagian dalam terowongan dengan campuran tanah dan cairan yang dihasilkan tubuhnya. Proses ini memperkuat dinding terhadap bahaya keruntuhan. Selanjutnya ia menutupi dinding-dinding ini dengan benang buatannya. Teknik pelesteran ini serupa dengan teknik isolasi termal yang kita gunakan dewasa ini. Dengan cara ini, bagian dalam sarang menjadi tahan terhadap temperatur luar yang tinggi.

Telah kami sebutkan pula bahwa sarang ini digunakan pula sebagai perangkap. Laba-laba ini membuat tutup sarang dari sutera buatan sendiri. Salah satu sisinya dilekatkan ke sarang dengan engsel benang yang kokoh, layaknya sebuah pintu rumah. Pintu ini juga menjadi tempat persembunyian laba-laba dari mangsanya, yang disamarkannya dengan serpihan daun, semak-semak dan tanah. Kemudian membuat tegang benang-benang yang ada di bawah daun, dari arah luar menuju ke bagian dalam sarang. Ketika segalanya telah siap, laba-laba masuk ke sarang dan menunggu mangsanya datang. Ketika serangga mendekati sarang dan menginjak daun atau tanah di atasnya, benang-benang di bawah tanah akan bergetar. Berkat getaran inilah, laba-laba mengetahui bahwa mangsanya telah dekat.




Gambar ini memperlihatkan jalan masuk ke pintu jebakan sarang laba-laba.
Laba-laba pintu-perangkap dapat hidup selama 10 tahun di dalam sarangnya. Ia menjalani seluruh hidupnya di dalam terowongan gelap dan hampir tak pernah keluar. Bahkan saat membuka daun penutup untuk mengejar mangsanya, kaki belakangnya tidak pernah meninggalkan sarang. Jika pintu ini terbuka oleh ranting, laba-laba akan berusaha keras untuk menutupinya kembali. Laba-laba betina tidak pernah meninggalkan sarang, sedangkan yang jantan hanya keluar untuk mencari pasangan. Saat tiba waktu untuk berkembang biak, laba-laba betina menutup pintu rapat-rapat dengan benang buatannya. Telah diamati bahwa induk laba-laba dapat tinggal selama setahun di dalam sarang tanpa meninggalkannya.

Laba-laba pintu-perangkap berburu pada malam hari dan menutup rapat pintu sarangnya pada siang hari. Ketika malam mulai tiba, laba-laba membuka sebagian tutup sarang untuk memastikan bahwa hari telah benar-benar gelap. Jika telah gelap, tutup sarang dibuka sebagian dan melonjorkan kaki depannya keluar. Posisi ini bisa bertahan hingga berjam-jam. Jika ada semut mendekat, laba-laba segera menerkam secepat kilat dan menariknya kedalam liang. Tutup sarang akan otomatis menutup karena beratnya sendiri.

Tidak diragukan bahwa untuk belajar hidup dengan cara di atas dibutuhkan kemampuan yang menuntut kecerdasan, misalnya kemampuan membangun. Mustahil bahwa kemampuan untuk melindungi diri dari hawa panas atau untuk menyamarkan diri ini diperoleh secara kebetulan, atau dengan cara coba-coba. Bahkan sebelum membangun terowongan, ia "tahu" akan menggunakan suteranya untuk melindungi diri dari teriknya panas, akan menggunakan benang yang sama untuk membuat penutup sarang, akan menggunakan sarangnya untuk bersembunyi dari musuh-musuh dan sekaligus sebagai perangkap, dan akan melahirkan keturunannya dengan aman di dalam sarang yang berselimutkan sutera ini. Jika tidak demikian, laba-laba yang pertama kali muncul akan mati karena panas atau kelaparan di tengah-tengah gurun. Itu artinya kepunahan dari spesies ini.

Lebih dari itu, setiap laba-laba yang baru lahir berperilaku sama. Membangun sarang dan mencari makan dengan cara yang sama. Karenanya, laba-laba pertama tidak hanya cukup dengan memiliki keistimewaan yang menakjubkan ini, melainkan harus mampu pula mewariskan semua kemampuannya kepada generasi berikutnya. Ini hanya bisa terjadi jika pengetahuan ini melekat erat dalam gen-gen laba-laba. Selain semua fakta ini, kita masih menghadapi beberapa pertanyaan. Bagaimana laba-laba pintu-perangkap bisa memiliki karakteristik-karakteristik ini, dan siapa yang melekatkan kemampuan itu kedalam gen-gennya?

Sementara teori evolusi mencoba menjelaskannya dengan konsep-konsep semacam insting, mekanisme imajiner, kejadian kebetulan, atau Induk Alam, pola-pola perilaku cerdas ini: kemampuan merencanakan, pemilihan dan implementasi taktis, dan konstruksi tubuh tanpa cacat, pada kenyataannya hanya bisa memiliki satu penjelasan. Tuhan lah yang memberi semua mahluk hidup kecakapan yang dimilikinya. Dia menciptakan mereka lengkap dengan kecakapannya. Tuhan memiliki pengetahuan tiada tara.

Laba-laba Penyamar Yang Ulung


Warna bunga dan laba-laba di gambar ini benar-benar serupa. Begitu miripnya sehingga beberapa serangga mengira laba-laba adalah bunga dan mendarat di atasnya. Kekuatan yang membuat kedua makhluk hidup ini betitu bersesuaian satu sama lain, dengan warna yang identik, adalah Tuhan.
Bertentangan dengan kepercayaan umum, banyak jenis laba-laba berburu tanpa membangun jaring. Salah satunya adalah Laba-laba kepiting. Ia menyamarkan dirinya pada bunga-bungaan dan menyantap lebah-lebah yang hinggap padanya. . Liz Bomford, Camuflage and Colour, Boxtree Ltd., London, 1992, p. 108 

Dengan menggunakan kemampuannya, laba-laba kepiting merubah warna tubuhnya menjadi kuning atau putih sesuai warna bunga. Kakinya disembunyikan dengan sempurna ditengah-tengah bunga dan bersiap diri menunggu mangsa. Warna tubuhnya menyamai warna bunga tempat ia bersembunyi dengan sempurna. Hanya dengan perhatian yang saksama saja laba-laba ini dapat dibedakan dari bunga tempat persembunyiannya.

Laba-laba ini beraksi ketika seekor lebah hinggap untuk menghisap madu dari bunga dimana ia siap menyergap. Pada ketika itu, laba-laba secara perlahan-lahan merangkulkan kaki-kakinya ke tubuh lebah, kemudian dengan gerakan cepat menggigit kepala lebah dan menyuntikan bisa langsung ke otak mangsanya. Setelah itu, ia memakan korbannya. Laba-laba dapat menyamarkan dirinya pada bunga dengan begitu cerdik sehingga kupu-kupu atau lebah kadang hinggap tepat di atasnya tanpa menyadarinya.
Apakah laba-laba bisa berubah warna karena kejadian yang kebetulan? Apakah ia mempelajari bunga-bunga kemudian menyalin warnanya dan kemudian merubah warna tubuhnya? Jelas bahwa laba-laba tidak memiliki kemampuan seperti itu. Selain beberapa pusat syaraf, ia bahkan tidak memiliki otak untuk berpikir. Lebih dari itu, laba-laba adalah mahluk yang buta warna. Ia tidak mengetahui warna putih atau pun merah muda. Bahkan jika kita beranggapan bahwa ia mampu menyesuaikan warna tubuhnya, mustahil baginya membuat warna tersebut di dalam tubuhnya sendiri. Tuhan Yang Maha Perkasa lah yang membuat laba-laba mampu membedakan dan menghasilkan warna-warna.


Di samping memiliki bayangan warna yang sama dengan bunga yang mereka diami, beberapa laba-laba bahkan mempunyai pola yang sama.
Laba-laba Caerostis berburu di malam hari. Pada saat fajar ia membongkar jaringnya dan menunggu malam datang lagi. Ranting yang diserupainya, di mana ia berada sepanjang hari, menyamarkannya.
Laba-laba (atas) tetap menyerupai pasir yang ia lewati. Orang harus melihat dengan sangat saksama untuk membedakan laba-laba itu dari latar belakangnya.
Jelas bahwa Tuhan telah menciptakan laba-laba dengan kemampuan untuk menyesuaikan warna tubuhnya dengan warna bunga. Keadaannya bagaikan dua gambar yang dibuat dalam kanvas yang sama, dengan cat-cat yang sama dan disapu dengan warna dan nuansa yang sama, dan sangat bersesuaian sehingga tidak dapat dijelaskan oleh dongeng tentang 'kejadian yang kebetulan'.

Berburu Dengan Jaring Tangga Melingkar

Bagi banyak mahluk hidup, jaring laba-laba merupakan perangkap maut. Namun ada beberapa mahluk yang dapat selamat dari perangkap maut ini. Sebagai contoh, ngengat-biasa tidak mempan terhadap jaring laba-laba karena debu pada tubuhnya menutupi perekat pada jaring dan membuatnya menjadi tidak efektif. Berkat debu inilah ngengat dapat lolos dengan mudah.

Namun ngengat masih dapat terjerat oleh jaring yang konstruksinya tidak biasa. Jaring laba-laba Skoloderus, yang tinggal di daerah tropis, berbeda dari kebanyakan jaring, dan tampilannya mirip dengan kertas-lalat. Dengan cara ini, Skoloderus mudah menangkap ngengat. Laba-laba Skoloderus membangun jaring yang panjangnya satu meter dengan lebar 15-20 sentimeter, mirip sebuah tangga. Ngengat yang tertangkap jatuh ke dasar jaring. Selama jatuh, ngengat kehilangan sebagian besar debu pelindung yang mencegahnya menempel pada jaring biasa, dan akhirnya terjerat dalam perangkap Skoloderus.

Jadi, laba-laba ini memiliki teknik yang sangat berbeda dari spesies lainnya. Yang perlu dicatat dari metode berburu ini adalah bahwa laba-laba ini membuat jaring dengan keistimewaan mampu menangkap serangga yang diburunya. Dengan konstruksi jaring yang lain daripada yang lain, spesies laba-laba ini merupakan bukti dari karya-cipta Tuhan yang tiada tara.

Laba-laba Pelempar-Jala: Dinopis


Jaring Dinopsis, tidak seperti milik laba-laba lain, mempunyai keunikan berupa dilemparkan kepada korbannya.
Laba-laba berwajah-raksasa ini, yang nama ilmiahnya Dinopis, menggunakan teknik berburu yang sangat luarbiasa dan menakjubkan. Bukannya membangun jaring yang tetap dan menanti mangsa, ia membuat jaring khusus yang dilempar kepada mangsanya. Selanjutnya membungkus mangsanya di dalam jaringnya ini. Serangga yang tertangkap mati terpedaya. Kemudian ia membungkus mangsanya dengan benang yang baru agar menjadi sebuah "paket" yang tetap segar untuk konsumsi masa datang. The Guinness Encyclopedia of the Living World, Guinnes Publishing, s. 164

Jelas bahwa laba-laba ini menangkap mangsanya dengan kerangka kerja yang terencana. Suatu perencanaan dan pembuatan jaring dengan ukuran, bentuk dan kekuatan yang tepat, sehingga sesuai untuk metode berburu semacam ini. Hal ini dan cara membungkus mangsanya merupakan aktivitas-aktivitas yang membutuhkan kemampuan superior yang berdasarkan kecerdasan. Pengamatan lebih lanjut menunjukkan bahwa konstruksi jaring laba-laba ini tidak memiliki cacat.

Dalam segala segi, jaring Dinopis merupakan sebuah keajaiban perencanaan. Sementara susunan kimia dari suteranya saja merupakan keajaiban tersendiri, teknik penggunaan jaringnya juga sangat menarik. Ketika laba-laba ini menunggu mangsanya, jaringnya mirip sarang sempit yang terbuat dari jerami. Namun penampilan adem ini sebenarnya sebuah tipuan. Ketika laba-laba beraksi menangkap mangsanya, ia menggunakan kaki-kakinya membalikkan jaring tersebut dari dalam ke luar sehingga menjadi sebuah perangkap maut. Mangsa pun tak dapat lolos darinya.

Bagaimana laba-laba ini bisa membuat jaring dengan perencanaan mekanik dan konstruksi kimia yang demikian sempurna? Pekerjaan ini bukanlah hal yang sederhana, melainkan memerlukan perencanaan, sesederhana apapun. Masing-masing memerlukan rencana dan pengalaman yang berbeda. Hal ini dapat kita gambarkan sebagai berikut. Saat menerangkan jaring laba-laba, kami sering menggunakan ungkapan "seperti renda". Karena kemiripan inilah, tidak salah jika dikatakan bahwa laba-laba sebenarnya sedang membuat renda.

Gambar-gambar ini menunjukkan tahap-tahap dari teknik perburuan Dinopis. Laba-laba ini bergantung pada seutasbenang yang dicantolkannya pada sebuah dahan atau ranting. Lalu ia menunggu untuk menyergap. Tidak ada jalan kabur bagi mangsa yang lewat di bawahnya. Laba-laba ini tiba-tiba melompat dan melemparkan jaringnya kepada mangsanya.


Mari kita bayangkan seorang laki-laki di jalanan diberi peralatan untuk membuat renda (bidal, jarum-jarum, benang, dll) dan kain katun. Tanpa pengalaman sebelumnya, dapatkah orang ini membuat renda saat pertama kali mencobanya? Atau dapatkah kita membayangkan taplak-meja rendaan yang terbentuk dengan sendirinya dari ikatan-ikatan yang terjadi secara kebetulan? Tentu saja mustahil.

Mustahil suatu rencana muncul dengan sendirinya, karena hal itu membutuhkan kecerdasan, kecakapan, dan cara untuk menyampaikan informasi. Agar suatu mahluk hidup dapat membuat rencana, dan lebih jauh lagi, agar ia mampu melaksanakan rencana tersebut tanpa kegagalan, maka mahluk ini harus lah "cerdas". Namun mustahil untuk menerima bahwa seekor serangga bisa cerdas, dapat berpikir dan membuat rencana. Yang demikian itu merupakan rantai logika yang dangkal untuk bisa sampai kepada kebenaran, dan tidak mencerminkan realitas. Mesti ada kekuatan yang memberi serangga ini kecerdasan, atau lebih tepatnya mengarahkannya, yang mengajarinya apa yang harus dilakukan, atau lebih tepatnya membuatnya melakukan tugasnya. Dengan kata lain, serangga tersebut ada Pembuatnya.

Seperti telah kita lihat, jelas benar bahwa mahluk hidup ini diciptakan oleh Tuhan. Namun kaum evolusionis menafikannya, malah menduga-duga dengan kemungkinan-kemungkinan khayalan. Kepatuhan kepada teorinya sendiri membuat mereka tidak mampu berpikir sehat, melihat, ataupun mendengar. Hal itu telah membuat mereka buta terhadap kebenaran yang nyata dan tak dapat menerima apa yang mereka lihat dan fahami.

Menurut kaum evolusionis, Dinopis membuat jaring istimewanya itu secara kebetulan, dan belajar menggunakan jaringnya itu secara kebetulan pula. Setiap orang yang berakal sehat dapat melihat bahwa kejadian demikian itu sangat mustahil. Meskipun jelas mustahil, mari kita anggap bahwa Dinopsis dapat membuat jaringnya secara kebetulan. (Akan kita abaikan asal muasal terjadinya Dinopsis, juga bagaimana mahluk ini menghasilkan zat kimia dalam tubuhnya untuk membuat jaring, kita menerimanya sebagai bakat bawaan). Dalam hal ini, ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab: Jika jaring pertama dibuat secara kebetulan, bagaimana terjadinya jaring yang kedua dan ketiga? Bagaimana laba-laba dapat menghasilkan jaring yang tepat sama dengan membuatnya secara kebetulan (sembarangan)? Bagaimana laba-laba yang baru lahir mengetahui cara membuat jaring, membuat jaring dengan mutu yang berbeda dengan laba-laba lainnya, serta bisa melemparkan jaring tersebut kepada mangsanya?
Hanya ada satu jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan ini. Karena tak mampu belajar, atau mengingat dalam hati, dan tidak memiliki otak yang memadai untuk melakukan hal-hal ini, laba-laba mendapatkan semua itu karena anugerah Tuhan, Pencipta Yang Maha Kuasa dari seluruh mahluk hidup.

Laba-laba Portia: Penipu Ulung


Laba-laba Portia meniru dan memburu spesiesnya sendiri. Misalnya, Portia (bawah), dalam gambar ini, menipu Euryattus betina (atas) yang tinggal di daun tergulung yang ditahan dengan benang-benang sutera, dengan meniru upacara perkawinan laba-laba Euryattus.. Tentu saja mustahil bagi seekor laba-laba menemukan dan melakukan “kecakapan imitatif” ini dengan sendirinya. Laba-laba diciptakan Tuhan dengan keistimewaan ini.
Berbeda dari kebanyakan laba-laba, selain membuat jaring, laba-laba Portia Fimbriata memburu mangsanya jauh dari jaringnya sendiri. Keistimewaan lain dari Portia adalah lebih menyukai spesiesnya sendiri dibanding serangga lain sebagai makanannya. Oleh karena itu, medan perburuannya umumnya jaring-jaring laba-laba lain. Saat berburu, ia menggunakan strategi menarik.

Umumnya, Portia mendarat pada sebuah jaring ketika angin bertiup atau saat seekor serangga sedang berusaha membebaskan diri. Getaran yang kuat dari serangga tersebut menyamarkan goncangan yang ditimbulkan Portia saat mencari mangsa. Jika dilihat, nampak seperti serpihan daun yang ditiup angin ke arah jaring. Tidak seperti laba-laba lain yang melompat kegirangan saat menerkam mangsanya, Portia bergerak dengan perlahan. Ketika sampai ke jaring, ia melakukan penipuan dengan memetik dan menepuk-nepuk sutera jaring dengan kaki-kakinya, meniru seekor serangga yang terperangkap. Ketika pemilik jaring mendekat, Portia bersiaga dan menanti saat yang tepat untuk menerkam. National Geographic, November 1996, Vol. 190, No.5, p.106

Laba-laba Portia juga menipu anggota spesies mereka sendiri dengan meniru tingkah mereka. Misalnya dengan meniru ritual perkawinan laba-laba Euryattus yang tinggal dalam daun tergulung yang tergantung dengan tali-tali sutera. Dengan duduk di atas rumah laba-laba betinanya, Portia menggoyang-goyangkan daun tersebut, menari di atasnya seperti Euryattus jantan. Tertipu oleh gerakan itu, laba-laba betina tersebut keluar dari sarangnya. National Geographic, November 1996, Vol. 190, No.5, p.111
Bagaimana Portia dapat meniru isyarat-isyarat laba-laba jenis lain, dan mengapa ia memilih cara berburu yang berbeda? Tidak logis jika kita beranggapan bahwa seekor laba-laba dapat "meniru kecakapan" dan karenanya memilih teknik berburu yang menarik seperti itu. Laba-laba ini berburu dengan cara demikian karena begitulah ia diciptakan oleh Tuhan. Dengan contoh demikian, Tuhan menunjukkan kepada kita sifat karya-ciptaNya yang tiada tara.

Teknik Memancing Dari Laba-laba Dolomedes



Laba-laba yang menunggu untukmenyergap di jaring mereka yang ringkih dan bersembunyi di tengah rerimbunan, diciptakan sebagai mesin pembunuh sejati. Mereka bahkan dapat berjalan di air untuk berburu (bawah). Jika perlu mereka dapat membangun sebuah lonceng dan hidup di bawah air.
Beberapa laba-laba bahkan harus berburu di lingkungan yang tidak terduga. Medan perburuan laba-laba air Dolomedes, misalnya, adalah permukaan air. Laba-laba ini sering ditemukan di tempat-tempat dangkal seperti rawa dan parit.

Laba-laba air, yang tidak memiliki penglihatan yang baik, menghabiskan hampir seluruh waktunya di dekat air dengan membuat benang-benang sutera dan menyebarkannya di sekitarnya. Konstruksi ini mempunyai dua fungsi: sebagai peringatan batas wilayah kepada laba-laba lainnya, dan sebagai jalur penyelamatan jika terjadi bahaya tak terduga.


Spesies laba-laba ini dapat bergerak dengan nyaman di atas air, berkat cairan tahan air pada kaki-kakinya. Gambar ini menunjukkan seekor laba-laba air yang baru saja menangkap ikan.
Cara berburu yang paling sering digunakan laba-laba ini adalah dengan meletakkan empat kakinya di air sementara empat yang lainnya di tanah kering. Saat melakukan ini, ia menggunakan teknik yang sangat pandai untuk mencegah tubuhnya tenggelam. Kaki-kaki yang akan dipakai di air ditutupi dengan pelapis anti-air dengan cara melewatkannya ke taringnya. Ia kemudian mendekati sisi air. Dengan mendorong tubuhnya ke air secara sangat hati-hati, laba-laba ini bergerak ke permukaan air. Ia memasukkan taring dan perabanya di bawah air sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu permukaan air. Ia kemudian menunggu kedatangan mahluk hidup dengan mata memandang ke sekitarnya, sementara kaki-kakinya merasakan getaran air. Untuk makanannya, laba-laba ini harus menemukan mangsa sedikitnya sebesar ikan "Golyan", seperti nampak dalam gambar.

Ketika laba-laba ini berburu, ia diam tak bergerak hingga ikan mendekat sekitar 1,5 sentimeter dari mulutnya. Setelah mangsa ada dalam jarak sasaran, dengan cepat ia masuk ke dalam air dan menangkap ikan dengan kaki-kakinya, dan menggigitnya dengan taring beracunnya. Untuk mencegah ikan tenggelam, yang jauh lebih besar dari dirinya, ia cepat-cepat membalikkan tubuhnya. Bisa yang disuntikkan bekerja dengan cepat. Selain mematikan mangsanya, bisa tersebut juga melarutkan organ-organ dalam dari mangsanya menjadi semacam sup yang mudah dicerna. Setelah mangsanya mati, laba-laba ini menyeretnya ke pinggir dan menyantapnya. Science and Technology Gorsel Science and Technology Encyclopedia), p. 494, 495)

Sampai disini, terpikir berbagai pertanyaan. Bagaimana laba-laba ini bisa memiliki lilin yang mencegahnya tenggelam? Bagaimana ia mempelajari cara melapisi kaki-kakinya dengan lilin tersebut agar tidak tenggelam? Bagaimana laba-laba tahu formula lilin dan cara membuatnya? Laba-laba tentu tidak mendapatkannya dari belajar. Setiap keistimewaan ini memerlukan kecerdasan dari bidang keahlian tersendiri. Seperti mahluk hidup lainnya, laba-laba yang bisa bertindak cerdas sehingga mampu membuat rencana dan mempraktekkannya, mendapat inspirasi dari Tuhan. Dalam salah satu ayatNya, Tuhan menyatakan bahwa Dia memberi kepada setiap mahluk perbekalannya sendiri-sendiri:

Tiada satu mahluk melatapun di bumi melainkan Allah lah yang memberi rezkinya. Dia mengetahui tempat tingalnya dan tempat penyimpanannya. Semuanya ada dalam Kitab yang nyata. (Surah Hud:6)

Teknik Menyelam Laba-laba Lonceng


Gelembung milik laba-laba air pada gambar ini direncanakan sebagai cara yang paling ideal untuk hidup di bawah air. Mustahil laba-laba menemukan cara hidup di bawah air ini secara kebetulan. Allah-lah yang menciptakan laba-laba dengan karakteristik ini.
Laba-laba air dari wilayah hangat Asia dan Afrika menghabiskan kebanyakan waktunya di bawah air. Karenanya, mereka membuat sarang di dalam air.

Untuk membangun sarangnya, mula-mula laba-laba ini membuat sebuah bidang rata antara tangkai-tangkai atau dedaunan di dalam air. Bidang rata ini dilekatkannya ke tangkai-tangkai dengan benang-benang suteranya. Selain untuk menstabilkan bidang datar, benang-benang ini juga berfungsi sebagi ciri untuk pulang ke rumahnya, juga bekerja seperti radar yang memperingatkan adanya mangsa yang mendekat.

Setelah bidang rata terbentuk, laba-laba mengangkut gelembung udara ke bawahnya dengan kaki-kaki dan tubuhnya. Dengan cara ini, jaring menggembung ke atas. Dengan semakin banyak udara yang ditambahkan, bentuk jaring menjadi serupa lonceng.
"Lonceng" ini lah sarang tempat tinggalnya.
Pada sianghari, laba-laba menanti di sarangnya. Jika ada binatang yang lewat, terutama serangga atau larva, ia menerkam dan menyeretnya ke sarang untuk di santapnya. Serangga yang jatuh ke atas permukaan air menimbulkan getaran. Laba-laba dapat merasakannya dan segera muncul ke permukaan untuk mengejarnya dan menariknya ke bawah air. Laba-laba ini bahkan menggunakan jaringnya di permukaan air. Baik serangga maupun korban lainnya yang jatuh kedalam jaringnya mengalami hal yang sama.

Ketika musim dingin menjelang, laba-laba harus berjaga-jaga agar tidak membeku. Karena alasan inilah, saat musim dingin tiba, laba-laba air ini turun lebih dalam. Pada saat itu, ia akan membuat lonceng musim dingin dan mengisi bagian dalamnya dengan udara. Beberapa laba-laba lainnya pindah ke cangkang siput-laut yang kosong. Ia tidak pernah bergerak di dalam loncengnya, dan hampir tidak menggunakan energi yang ada selama musim dingin. Ini untuk menghemat energi dan mengurangi penggunaan oksigen. Ini berarti bahwa gelembung udara yang dibawanya menuju lonceng dapat bertahan hingga 4-5 bulan selama musim dingin. Bates Hayvanlar Ansiklopedisi (Bates Encyclopedia of Animals), p. 244

a) Laba-laba rakit bersiap untuk berburu di air.
b) Laba-laba tersebut, yang merasakan gerakan di dalam air dengan kaki-kakinya, menunggu tak bergerak sampai seekor ikan “Golyan” mendekat.
c-d-e) Setelah menangkap dan meracuni ikan itu, ia membawanya ke darat.
Dapat kita lihat bahwa gelembung udara dan teknik berburu laba-laba ini merupakan cara yang ideal untuk hidup di bawah air. Mustahil bagi mahluk hidup bisa mencari penghidupannya di bawah air secara kebetulan. Jika suatu mahluk tidak memiliki keistimewaan yang diperlukan untuk hidup di bawah air, ia akan mati tenggelam segera setelah masuk ke dalamnya. Dia tak akan sempat menunggu terjadinya hal yang kebetulan, atau yang lainnya. Karenanya, mahluk darat yang dapat hidup di bawah air karena kecakapannya yang sesuai untuk itu, berutang budi kepada keberadaan kecakapannya itu. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa laba-laba air, yang memiliki karakteristik dan kemampuan istimewa ini, diciptakan Tuhan dalam keadaannya yang sempurna.

Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah, Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada satu binatang melata pun melainkan Dia lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus. (Surat Hud:56)

Laba-laba Yang Menyerupai Roda
Ketika menghadapi bahaya, beberapa spesies laba-laba di gurun Namibia, Afrika Barat-Daya, menarik kaki-kakinya sehingga membentuk tubuhnya tepat seperti roda. Dengan gerakan jungkir-balik yang berulang, ia menjauh dari bahaya dengan cepat.
Ukuran laba-laba ini sekitar 2,5-3 sentimeter dan dapat bergerak dengan kecepatan 2 meter per detik. Sebagai bahan perbandingan, putaran tubuh laba-laba dalam bentuk rodanya sama dengan putaran roda kendaraan dengan kecepatan 40 kilometer per jam.


Laba-laba ini, yang sengaja membangun sarangnya di puncak bukit pasir, melenting begitu lebah liar mulai menggali sarangnya.
(Bawah) untuk memperoleh kecepatan, pertama laba-laba mengambil beberapa langkah, kemudian, sambil melipat masuk kelima kakinya yang berhubungan, ia bergerak cepat, seperti roda yang berguling menuruni bukit.
Beberapa spesies laba-laba menggunakan teknik ini untuk kabur dari musuhnya. Musuh yang paling sering dihadapi adalah tawon liar betina. Ketika laba-laba ini, yang membuat sarangnya di atas bukit pasir, merasakan keberadaan tawon-tawon yang mulai menggali sarangnya, ia segera berlari keluar. Mula-mula ia mengambil beberapa langkah untuk membangun kecepatan. Kemudian melipat kaki-kakinya kedalam dan menggelinding kebawah untuk kabur. Jika saja laba-laba ini membangun sarangnya di bawah bukit, ia tidak akan bisa mendapatkan kecepatan yang diperlukan untuk kabur, dan karenanya akan tertangkap. Karena itulah ia membangun sarangnya di atas bukit. Tindakan siaga ini, meskipun tidak bertemu musuh, merupakan perilaku yang sadar. Tidak dapat diragukan bahwa Tuhan lah yang mengilhaminya untuk melakukan hal itu. Tuhan mencipta tanpa contoh sebelumnya, dan Dia Maha Melihat kepada semua ciptaanNya.

Laba-laba Peludah
Spesies laba-laba yang dikenal sebagai Scytodes membunuh korbannya dengan menyemprotkan campuran racun dan zat perekat. Cairan-cairan ini dibuat di dalam kelenjar besar di belakang matanya. Kelenjar ini terbagi dalam dua rongga. Yang satu berisi racun, yang lainnya berisi zat perekat. Laba-laba ini mengerutkan otot-otot di sekitar rongga perekat, maka zat perekat menyembur dari taringnya. Dengan pola semburan zig-zag, zat perekat ini membentuk jala yang merekatkan mangsa ke daun atau ranting yang dilewatinya. (.Natural History, Tools of the Trade, 3/95, p. 48) Dengan membuat mangsanya tak dapat bergerak dan melekat pada cabang atau daun, ia dapat menyantapnya di kemudian waktu.
Perangkap Pasilobus

Laba-laba yang hanya ditemukan di New Guinea ini sangat ahli dalam mempersiapkan perangkap. Jaring-jaring yang dibuat Pasibolus sangat lengket. Keseluruhan jaring dikalungkan di antara dua buah titik tetap. Ikatan pada ujung yang satu sangat ketat, sementara ujung yang lainnya dibiarkan longgar. Ini bukan suatu kesalahan, atau akibat kelalaian laba-laba. Bukti bahwa hal ini sebagai strategi berburu dapat kita ketahui saat seekor mangsa mendekat. Ketika seekor ngengat terbang menabrak jaring, ikatan yang longgar terlepas. Karena ujung yang satunya terikat kuat, serangga tersebut tetap tergantung bagai kantung yang tergantung di udara. Kemudian Pasibolus mendekatinya dan menyemprotkan zat perekat ke tubuhnya secara merata mulai dari kepalanya. Dengan cara ini, laba-laba ini menangkap mangsanya hidup-hidup.